Senin pagi 5 Juli 2021 adalah hari yang menakutkan. Hari itu adalah pengambilan hasil CT Scan. Membayangkan hasilnya membuat nyeri dada ini. Tubuh tiba-tiba tidak bertenaga. Aku tidak boleh membayangkan sesuatu yang belum jelas kebenarannya.  Aku harus kuat seolah-olah semua baik-baik saja. Kenyataan nya tidak demikian. Suami ku sakit. Sakit parah. Aku tidak boleh menangis dan harus kuat.
Untuk menghibur diri, aku sengaja datang ke sekolah terlebih dahulu untuk melayani verikasi pemberkasan ulang calon peserta didik baru. Menyibukkan diri adalah adalah satu cara menghindari kesedihan dan prasangka buruk. Sambil menunggu siswa, saya bekerja menyelesaikan naskah puisi untuk buku Antologi ke-3 bersama bunda Kanjeng. Â Target saya, pagi ini puisi selesai dan mendarat ke bunda.
Jam 8an tak satupun calon  peserta didik baru datang. Saya leluasa bekerja menggunakan personal computer.  Tak terasa jam sembilan berlalu. Senin ini aku hanya melayani dua calon siswa. Jam 9.30 mendapat panggilan dari rumah menanyakan keberadaan CT Scan. "Sudah diambil atau belum?" Saya hanya menjawab baru akan berangkat. Â
20 menit menuju pukul 10.00 WIB,Aku pamit dan izin pada team PPDB dan memastikan tidak ada  yang tertinggal. Ku langkahkan kaki menuju ruang guru sekedar  meletakkan berkas dan keperluan wajib  sambil menunggu Ojol Online.  Jam 10.20 Ku sampai di rumah sakit tujuan dan langsung ke bagian radiologi. Ku harus menunggu sesaat. Ketika petugas memanggil ku, Ku segera berdiri dan menghadap. Petugas memberitahukan bahwa hasil CT Scan akan dibaca oleh dokter yang menangani suami. Saya pun pamit tanpa membaca hasilnya.Â
Kembali ku pesan Ojol online. Sambil menunggu kedatangan nya, ku berjalan ke jalan utama sambil menghilangkan rasa cemas dan takut akan hasil pemeriksaan tersebut. Tidak beberapa lama bang ojol pun menghampiri ku. Dia memastikan alamat rumah sakit utama yang dituju. Â Untuk sampai di sana menghabiskan waktu lebih kurang 15 menit. Â Sesampai di rumah sakit, aku langsung mendaftar. Kali ini saya tidak pakai BPJS karena Sabtu kemaren sudah menggunakan nya dan tidak memungkinkan menggunakan BPJS kembali.Â
Setelah selesai proses pendaftaran, saya langsung menelpon suami agar bersiap-siap datang ke rumah sakit jam 11. Saya menunggu di rumah sakit sampai mereka datang. Hari ini benar-benar Melelahkan bagi suami, kami harus mengantri lama untuk mendapat panggilan dokter. Mendaftarnya terlambat otomatis pelayanan nya juga diberikan belakangan. Tapi kita tetap sabar dan setia menunggu sampai panggilan datang.Â
Kami dipanggil setelah sholat Zuhur. Saya langsung memberikan semua berkas sekaligus hasil CT Scan. Â Dokter membaca sambil menjelaskan dengan rinci hasil CT Scan. Saya bersama suami menyimaknya. Dari hasil CT Scan, suami harus dirawat insentif karena dugaan dokter terbukti melalui CT Scan. Dokter memberikan saran dan arahan tentang tindakan apa yang mesti dilakukan sebagai langkah pengobatan. Saya antusias sekali menyimaknya karena takut ada informasi yang terlewatkan.Â
Dokter tidak lupa menyemangati dan mensupport kami untuk senantiasa selalu berdoa dan berharap kesembuhan dari Sang Khalik. Beliau juga memberikan salah satu no hp pasien beliau yang menderita penyakit yang sama dan lebih parah 1 level dari  penyakit suami. Beliau juga menyampaikan pengobatan sifatnya Alternatif boleh dilakukan tapi jangan sampai terlena.  Keramahtamahan dokter membuat Kami nyaman dan Bersemangat untuk berobat
Untuk proses pengobatan, Dokter menyarankan melakukan Biobsi Sabtu berikutnya sebagai langkah awal sebelum melakukan kemoterapi dan radioterapi. Tentu kami akan melakukan segala arahan dokter demi kesembuhan suami. Setelah semua dirasa cukup, kami akhirnya undur diri  dan tidak lupa menebus obat.
Bagi saya pribadi, informasi ini membuat saya sangat sedih. Saya bingung apa yang dilakukan untuk membantu kesembuhan suami. Air mata sempat berlinang sebelum meninggalkan ruangan dokter, saya berusaha untuk tegar tapi saya tak mampu. Usaha ke dokter tetap akan dijalani, apakah itu cukup? Untung nya keluarga sangat support dan mengerti keadaan Kami.Â
Senin menjadi hari yang kelabu buat ku. Aku harus kuat, sabar, tegar, tawakkal dan menyerahkan semua kepada-Nya. Semoga iktiar dan usaha kami berhasil sehingga suami segera sembuh.
Alam akan menjadi saksi kegelisahan dan kerisauan hatiku. Jika di depan suami aku kelihatan sabar, itu adalah dusta terbesar karena berbohong tapi demi menyemangati dan mensupport suami akan  dilakukan terus menerus. Tapi  ketika sendiri, air mata akan mengalir tiada henti. Manusia mana yang tidak sedih jikalau suami, ayah dari anak-anak sakit. Bukan demam atau sakit biasa, tapi sakit sewaktu-waktu bisa merenggut nyawa nya. Hanya DOA dan usaha serta semangat dari suami serta diriku, kesembuhan suami akan terwujud.Â
Ya Allah, tunjukkan kami jalan yang benar agar kami senantiasa berada di sisiMu dalam kondisi apapun. Engkaulah Maha Tahu dan Maha Mengetahui. Hanya kepada Engkaulah kami kembali. Engkaulah yang menjadikan hal mustahil menjadi tidak mustahil. Berikan mukjizat dan kebesaran Mu untuk kesembuhan suami hamba. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H