Namun menjadi biasa-biasa saja, sepertinya mampu jadi solusi untuk istirahat dari pertempuran hidup yang menguras emosi dan energi. Ya, menjadi biasa-biasa saja bukan hal yang memalukan. Tak semua orang ingin divalidasi sebagai seorang pemenang.
Kawanku, atau Harry-Meghan mungkin memilih jadi biasa-biasa saja. Tapi mungkin ada juga mereka yang tidak memilih, tapi ya hidupnya memang biasa-biasa saja.Â
Mereka yang merasa tidak pernah muncul ke permukaan. Mereka yang (dianggap) tidak punya peran sebesar orang-orang luar biasa. Mereka yang kalau kerja kelompok nggak pernah jadi ketua. Mereka yang dalam dunia kerja tidak pernah memimpin satu proyek pun. Mereka, yang andaikan menghilang, posisinya akan mudah dan cepat untuk digantikan.
Pepatah bilang, orang bodoh ada karena keberadaan mereka yang lebih tidak bodoh alias pintar. Jika ditarik ke konsep orang biasa-biasa saja, hal ini juga karena keberadaan kaum yang lebih tidak biasa. Entah secara prestasi ataupun sensasi.
Meski begitu, menjadi biasa-biasa saja tidak salah dan tidak memalukan. Dan bukan berarti menjadi kaum yang kurang wow seolah tidak punya pencapaian. Menjadi hebat dan menang tidak selalu jadi ambisi dan cita-cita setiap orang.Â
Selalu ada mereka, yang lebih bercita-cita jadi biasa, aman, dan tentram meski kehadirannya dianggap cuma numpang lewat. Tidak apa-apa kalau hidupmu hanya biasa-biasa saja, tapi semoga cintamu yang luar biasa... Hiyaaa-hiyaaaa...
Meskipun kamu biasa bagi dunia, toh kamu tetaplah pusat semesta bagi kehidupanmu sendiri. Yang sekali lagi, kehidupanmu yang biasa itu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H