Penurunan produksi akibat El Nino mengakibatkan terjadinya defisit bulan Januari dan Februari 2024 ini.
Kebutuhan nasional untuk beras setiap tahun adalah 35.200 metrik ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi nasional per bulan saja 2,5 juta ton. Bisa dibayangkan apabila terjadi gagal panen yang disebabkan cuaca yang tidak menentu.
Untuk mengatasi dampak El nino tahun lalu, pemerintah telah melakukan percepatan tanam di beberapa daerah yang sudah memiliki persediaan air sejak Oktober 2023 lalu.
Informasi dari Kementerian Pertanian (Kementan) bahwa untuk kebutuhan konsumsi nasional sebanyak 2,5 juta ton per bulan dibutuhkan minimal 1 juta hektar sawah.
Untuk bisa mencapai target itu, pemerintah pusat harus melakukan koordinasi secara intens dengan seluruh pemerintah daerah agar dapat tanam minimal 1 juta hektar.
Faktor kedua mengapa harga beras tinggi adalah situasi riil ekonomi beras global. Sebagaimana yang sudah menjadi pengetahuan umum, nasi merupakan salah satu makanan pokok paling banyak dikonsumsi di dunia terutama di Asia di mana beras merupakan bagian penting dari makanan tersebut.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara di Asia yang menjadikan nasi sebagai makanan pokok. Karena itu tidak mengherankan apabila ada kebijakan global soal beras dampaknya bisa dirasakan di dalam negeri.
Indonesia sendiri mendapatkan getahnya ketika India sendiri sebagai penyedia 40% stok beras dunia, sejak tahun lalu memoratorium ekspor berasnya.
Kebijakan ini sangat memengaruhi rantai ekpor beras dunia. Dampaknya juga sangat dirasakan di tanah air.
Meski stimulasi pemerintah melalui bansos terus diupayakan oleh pemerintah di awal tahun ini, tetapi ternyata hal itu tidak memberikan kepastian soal harga beras.