Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nenek Moyangku Orang Pelaut

14 November 2023   14:39 Diperbarui: 14 November 2023   14:46 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak-anak Nelayan di pinggir Pantai. Detik.com

Nenek moyangku seorang pelaut merupakan sepenggal syair lagu dari Ibu Sud yang diciptakan pada tahun 1940.

Lagu ini bagi bangsa Indonesia masih sangat relevan hingga saat ini.

Bangsa Indonesia adalah salah satu negara maritim terbesar di dunia dari sejak dahulu saat ini.

Dengan memiliki lebih dari 17 ribu pulau dan dikelilingi oleh lautan yang maha luas, maka tidak mengherankan bahwa bangsa Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam baik di darat maupun laut.

Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), luas laut kita adalah 62% dari total luas wilayah kita.

Hal ini dibenarkan sebab dari luas wilayah kita sebesar 8,23 juta km, luas wilayah daratan hanya sebesar 1, 91 juta km2 sedangkan luas wilayah perairan mencapai 6,32 juta km2.

Kenyataan ini seharusnya membuat kita sangat mengakrabi laut sebab laut adalah teman dan sahabat kita.

Tidak salah Ibu Sud menciptakan lagu nenek moyangku orang pelaut. 

Kita memang tidak asing dengan laut. Hanya barangkali mind set kita yang harus diubah sebab kita masih lebih suka memunggungi laut dari pada menghadapinya sebagai teman dan sahabat.

Syair lengkap dari lagu nenek moyangku orang pelaut sungguh menggambarkan bahwa laut bukanlah sesuatu yang menakutkan. Jiwa bangsa kita adalah jiwa penakluk lautan.

Ini syair lengkapnya.

Nenek moyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa.

Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
pemuda b'rani bangkit sekarang
ke laut kita beramai-ramai.

Kita harus taklukan laut, maka ibu Sud melalui lagunya mengajak kita untuk beramai-ramai ke laut.

Mengapa harus ke laut? Laut kita luas dan memiliki potensi yang sangat besar. Maka itu, sudah seharusnya kita memafaatkan potensi kelautan tersebut untuk kesejahteraan dan kemajuan bangsa kita.

Untuk perdagangan misalnya, pembangunan tol laut sangat membantu. Hanya saja pemanfaatannya hingga saat ini belum memiliki dampak yang signifikan.

Sebagai negara maritim tranportasi laut sangat penting. Transpartasi laut inilah yang berfungsi untuk menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya.

Lancarnya transportasi laut akan juga memperlancar perdagangan antar pulau.

Sedangkan untuk potensi perikanan, laut-laut kita menyediakan ikan yang beraneka ragam.

Di Indonesia, perikanan merupakan salah satu sektor penting yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Sumber daya ikan kita di laut diperkirakan mencapai 6,7 juta ton per tahun. Tetapi potensi besar ini sepertinya kurang mendapat perhatian. Hal ini menyebabkan kontribusinya untuk kesejahteraan dan perekonomian belum terlalu terasa.

Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usaha nelayan pemerintah perlu memberikan bantuan permodalan dan sarana kerja yang memadai. 

Di samping itu, pembiayaan dan penyuluhan harus terus diberikan kepada para nelayan sehingga pengetahuan mereka bisa terus berkembang.

Kegiatan kemaritiman Beberapa kegiatan yang berhubungan dengan ketrampilan seperti membuat perahu dan peralatan lainnya, mengolah hasil tangkapan ikan dan melakukan perdagangan harus terus diupayakam melalui pelatihan-pelatihan.

Sebenarnya ketrampilan dan keahlian baik dalam kehidupan di laut maupun di darat sudah diajarkan oleh nenek moyang kita sejak ribuan tahun yang lalu. 

Sekarang tinggal bagaimana harus berinovasi sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman.

Lalu Bagaimana Kondisi Para Nelayan Kita Saat ini?

Kenyataannya kehidupan mereka semakin hari semakin terpuruk. Bahkan ada kecenderungan perlahan-lahan ada upaya membunuh karakter mereka.

Hal ini dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir orang.

Kebijakan yang keliru pada akhirnya membuat para pelaut ulung yang kita miliki hanya diposisikan sebagai buruh atau awak kapal perusahan atau jurangan kapal.

Andai saja mereka ini difasilitasi oleh negara dengan peralatan yang memadai, mereka bisa menjadi tuan di laut mereka sendiri.

Bagaimana mengoptimalkan kembali ekonomi kelautan kita adalah usaha kita untuk mengembalikan kejayaan kemaritiman kita kepada para nelayan kecil untuk juga dapat menikmati kue dari manisnya ekonomi kelautan kita.

Sebagaimana sudah disentil di atas, Indonesia sebagai negara maritim tentunya memiliki kekayaan laut yang melimpah.

Potensi yang besar ini seharusnya dapat meningkatkan taraf hidup dan menyejahterakan masyarakat nelayan.  Tetapi sayangnya, selama ini masyarakat nelayan sebagian besar berada di bawah garis kemiskinan.

Hidup sebagai nelayan rupanya tidak terlalu menjanjikan sebab sekeras apa pun mereka bekerja, ekonomi mereka tidak pernah bisa maju.

Data Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya tren penurunan jumlah rumah tangga perikanan tangkap secara drastis dari 2 juta di tahun 2000 menjadi 966 ribu di tahun 2016. 

Berbagai faktor jadi pemicu mengapa nelayan tidak menarik lagi. Salah satunya adalah pendapatan yang rendah. 

Oleh karena itu pemerintah memiliki tugas pneting untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan demi kelangsungan profesi ini.

Salah satunya adalah mengeluarkan kebijakan terkait regulasi yang membuka akses terhadap perikanan tangkap dan perlindungan terhadap perikanan skala kecil.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan para nelayan masih tetap miskin sampai saat ini meski memiliki kekayaan laut yang melimpah.

Dari semua faktor itu yang menjadi faktor utamanya adalah keterbatasan teknologi penangkapan.

Bayangkan saja sebelumnya dari 2 juta-an nelayan kecil di Indonesia, 90 persen hanya membawa pulang rata-rata 2 kg ikan per hari. Kalau itu dijual di pasar rata-rata hanya antara Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu.

Hal ini bukan disebabkan karena laut kita tidak memiliki ikan tetapi karena terbatasnya teknologi penangkapan dari para nelayan kita.

Setelah itu hal ini diperparah lagi dengan tidak efektifnya instrumen negara di laut sehingga membiarkan kapal-kapal besar bebas menangkap ikan di perairan kepulauan.

Dikhawatirkan bila kita lengah dan tidak segera membenahi diri, laut kita akan segera dibanjiri oleh nelayan-nelayan asing.

Pada akhirnya kita hanya bisa bernostalgia tentang nenek moyang kita yang adalah pelaut.

Pemerintah melalui Kementerian KKP harus mulai menata strateginya agar kita bisa merebut kembali kejayaan kemaritiman kita.

Nelayan-nelayan kita harus diberdayakan dan jangan membuat mereka seperti tikus-tikus yang mati di lumbung padi.

Dengan demikian kita bisa mengoptimalkan potensi kelautan kita untuk Indonesia maju dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun