Potensi yang besar ini seharusnya dapat meningkatkan taraf hidup dan menyejahterakan masyarakat nelayan. Â Tetapi sayangnya, selama ini masyarakat nelayan sebagian besar berada di bawah garis kemiskinan.
Hidup sebagai nelayan rupanya tidak terlalu menjanjikan sebab sekeras apa pun mereka bekerja, ekonomi mereka tidak pernah bisa maju.
Data Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya tren penurunan jumlah rumah tangga perikanan tangkap secara drastis dari 2 juta di tahun 2000 menjadi 966 ribu di tahun 2016.Â
Berbagai faktor jadi pemicu mengapa nelayan tidak menarik lagi. Salah satunya adalah pendapatan yang rendah.Â
Oleh karena itu pemerintah memiliki tugas pneting untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan demi kelangsungan profesi ini.
Salah satunya adalah mengeluarkan kebijakan terkait regulasi yang membuka akses terhadap perikanan tangkap dan perlindungan terhadap perikanan skala kecil.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan para nelayan masih tetap miskin sampai saat ini meski memiliki kekayaan laut yang melimpah.
Dari semua faktor itu yang menjadi faktor utamanya adalah keterbatasan teknologi penangkapan.
Bayangkan saja sebelumnya dari 2 juta-an nelayan kecil di Indonesia, 90 persen hanya membawa pulang rata-rata 2 kg ikan per hari. Kalau itu dijual di pasar rata-rata hanya antara Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu.
Hal ini bukan disebabkan karena laut kita tidak memiliki ikan tetapi karena terbatasnya teknologi penangkapan dari para nelayan kita.
Setelah itu hal ini diperparah lagi dengan tidak efektifnya instrumen negara di laut sehingga membiarkan kapal-kapal besar bebas menangkap ikan di perairan kepulauan.