Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Urgensi Diplomasi Meja Makan untuk Politik Santai dan Santuy

1 November 2023   11:47 Diperbarui: 1 November 2023   19:22 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana makan siang Presiden Joko Widodo bersama bakal capres Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/10/2023) | dok. istimewa via kompas.com

Meminjam istilah dari Ketum PSI Kaesang Pangarep bahwa politik itu memang harus santai dan santuy.

Diplomasi meja makan ala Jokowi memang bermuara ke politik yang santai dan santuy. Tempat yang paling santai dan penuh dengan suasana keakraban itu adalah meja makan. 

Pepatah lama mengatakan bahwa kita tidak boleh membicarakan politik, agama, atau persoalan-persoalan besar di meja makan. Mungkin pepatah ini benar untuk satu konteks dan satu masa. Kini semuanya sudah berubah. Justru banyak keputusan besar yang diambil seringkali terjadi di meja-meja makan.

Di zaman yang semakin ditandai dengan ketidaksopanan dan nir etika, kita memerlukan tempat di mana kita dapat mengembalikan semua nilai itu dan bisa berbicara dari muka ke muka, dan dari hati ke hati secara santai dalam suasana keakraban. Tempat yang baik itu adalah meja makan.

Ada sebuah kisah sederhana. Seorang teman dalam satu kunjungan kepada saya dan beberapa teman mengundang kami untuk makan bersama di sebuah rumah makan. 

Di sana banyak topik yang kami bicarakan. Mulai dari mengulik kembali cerita-cerita seru ketika masih sekolah dahulu dan berbagai pengalaman yang tak terlupakan di sana, juga sharing pengalaman kami masing-masing. 

Jamuan makan siang bersama Presiden Jokowi bersama tiga Kandidat Capres di Istana Kepresidenan. Tirto.id
Jamuan makan siang bersama Presiden Jokowi bersama tiga Kandidat Capres di Istana Kepresidenan. Tirto.id

Pada akhirnya cerita-cerita kami bermuara pada curhatan tentang keadaan keluarga teman saya ini. Dia mulai menguraikan dengan terbata-bata persoalan-persoalan dalam keluarganya, mulai dari hubungannya yang kurang harmonis dengan istri dan keluarga besarnya, dan seterusnya.

Kami mulai bertukar pikiran, termasuk juga memberikan beberapa nasihat dan tips untuk merajut benang-benang kusut antara istri dan keluarga besarnya. 

Semua nasihat dan saran itu kami sampaikan dalam situasi yang benar-benar rileks dan santai sehingga teman kami ini tidak merasa sedang digurui. 

Dan apa yang terjadi memang sungguh di luar dugaan kami. Ia kini sudah kembali dengan istrinya dan hidup mereka sudah kembali harmonis sampai saat ini. Semua bermula dari meja makan bersama kami teman-temannya.

Beberapa hari yang lalu, Presiden Jokowi mengundang ketiga bakal Capres untuk makan bersama di Istana Kepresidenan. 

Oleh para pengamat politik, ini adalah salah satu strategi berdiplomasi dari Jokowi yang dikenal dengan diplomasi meja makan.

Apakah diplomasi meja makan itu penting dan mengapa Jokowi menggunakan meja makan untuk berdiplomasi? Mari kita melihat sedikit apa arti kata diplomasi itu dalam KBBI online.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online memberikan batasan soal kata diplomasi ini dalam 4 arti. 

Pertama, diplomasi diartikan sebagai urusan atau penyelenggaraan resmi suatu negara dan negara lain. 

Kedua, urusan kepentingan sebuah negara dengan perantaraan wakil-wakilnya di di negeri lain. 

Ketiga, pengetahuan dan kecakapan dalam hal perhubungan antara negara dengan negara. 

Keempat, kecakapan menggunakan pilihan kata yang tepat bagi keuntungan pihak yang bersangkutan (dalam perundingan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan sebagainya).

Defenisi pertama hingga yang ketiga selalu berhubungan dengan kecakapan dalam hubungan antara negara dan negara. Sedangkan defenisi yang keempat berhubungan kemampuan atau kecakapan seseorang menggunakan pilihan kata yang tepat dengan maksud untuk dapat mempengaruhi dan mendapatkan keuntungan.

Diplomasi meja makan ala Jokowi terhadap ketiga capres menjelang kontestasi pemilu yang tinggal 3 bulan merupakan kecakapan Jokowi untuk memanagemen potensi konflik yang bisa muncul akibat konstelasi politik yang cenderung memanas akhir-akhir ini.

Apa yang dilakukan presiden ini merupakan langkah bijak. Suasana di meja makan mau menggambarkan sebuah suasana yang penuh keakraban dan santai. Dan saya kira adalah tepat, setiap persoalan apakah berat sekali pun dapat kita selesaikan bila dalam suasana santai dan tanpa tekanan. Suasana itu didapat di meja makan.

Diplomasi meja makan ini sangat dibutuhkan untuk hari-hari ini, di mana suhu politik lagi panas-panasnya.

Presiden Jokowi menggunakan diplomasi meja makan ini bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya, Presiden juga sudah mengundang para pemimpin partai politik ke Istana Kepresidenan untuk makan bersama.

Menariknya, dalam pertemuan itu tiap-tiap tokoh partai dijamu dalam acara makan yang menunya langsung ditentukan oleh Presiden.

Kita harus mengakui, Presiden telah berhasil menjadikan jamuan makan sebagai media untuk saling mengenal lebih baik sambil berdiplomasi untuk urusan-urusan bersama dan urusan-urusan kebangsaan.

Mengundang makan ini sebenarnya sudah menjadi kebiasaan Presiden Jokowi bahkan jauh sebelum menjadi Presiden.

Ketika menjabat sebagai wali kota Solo dan hendak merelokasi pedagang di Pasar Triwindu, Solo, Jokowi menggunakan strategi lobi meja makan untuk meluluhkan para pedagang sehingga ketika Ia menyatakan maksudnya untuk merelokasi pasar tersebut tidak ada pedagang yang membantah rencana tersebut. Semua dapat berjalan lancar, tanpa buldoser dan kawalan satuan polisi pamong praja (satpol PP).

Hal yang sama juga dilakukan beberapa kali saat menjadi orang nomor satu di DKI. Contohnya, saat hendak merelokasi warga penghuni Waduk Pluit ke Rusun Marunda.  Tidak ada penolakan dan juga perlawanan.

Diplomasi meja makan ala Jokowi telah menyelesaikan banyak persoalan bangsa yang rumit.

Gaya dipomasi meja makan sangat positif untuk rekonsialisasi dan menjahit kembali benang-benang persahabatan dan persaudaraan yang putus akibat pilkades, pilkada maupun pileg.

Kadang-kadang, kita memiliki niat yang baik tetapi mengkin saja cara kita yang salah membuat semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana.

Diplomasi meja makan merupakan situasi yang lebih non-formal dalam semangat keakraban. Biasanya dalam situasi dan suasana keakraban seperti itulah semua hal yang sebelumnya enggan untuk disampaikan akan keluar dengan lancar dan tanpa beban.

Benar apa yang dikatakan oleh pemerhati politik dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus  Alvin bahwa makan itu bukan saja hanya sekadar makan untuk menyenyangkan saja tetapi lebih kepada mencairkan suasana.

Dengan makan bersama di satu meja perjamuan, Jokowi sebenarnya telah berhasil meredam berbagai isu negatif yang disematkan kepadanya selama ini terutama dalam hubungan dengan netralitasnya di Pemilu 2024 nanti.

Pertanyaannya sekarang, mampukah setiap pemimpin baik di level bawah maupun atas mampu menurunkan egonya dan merangkul kembali setiap orang yang sebelumnya bersebrangan dengannya dengan cara diplomasi meja makan?

Hal ini kelihatan gampang tapi sulit untuk direalisasikan dalam praksisnya. Tetapi bila ada niat yang baik, niscaya semua akan berjalan baik dan mendatangkan manfaat yang positif bagi kehidupan bersama.

Mari berdemokrasi dengan santai dan santuy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun