Diplomasi meja makan merupakan situasi yang lebih non-formal dalam semangat keakraban. Biasanya dalam situasi dan suasana keakraban seperti itulah semua hal yang sebelumnya enggan untuk disampaikan akan keluar dengan lancar dan tanpa beban.
Benar apa yang dikatakan oleh pemerhati politik dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus  Alvin bahwa makan itu bukan saja hanya sekadar makan untuk menyenyangkan saja tetapi lebih kepada mencairkan suasana.
Dengan makan bersama di satu meja perjamuan, Jokowi sebenarnya telah berhasil meredam berbagai isu negatif yang disematkan kepadanya selama ini terutama dalam hubungan dengan netralitasnya di Pemilu 2024 nanti.
Pertanyaannya sekarang, mampukah setiap pemimpin baik di level bawah maupun atas mampu menurunkan egonya dan merangkul kembali setiap orang yang sebelumnya bersebrangan dengannya dengan cara diplomasi meja makan?
Hal ini kelihatan gampang tapi sulit untuk direalisasikan dalam praksisnya. Tetapi bila ada niat yang baik, niscaya semua akan berjalan baik dan mendatangkan manfaat yang positif bagi kehidupan bersama.
Mari berdemokrasi dengan santai dan santuy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H