Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menimbang Kekuatan dan Peluang Parpol Non Parlemen pada Pemilu 2024

3 September 2023   14:31 Diperbarui: 3 September 2023   14:52 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan 7 sekejen Parpol nonparlementer. Detik.com

KPU telah menetapkan para peserta pesta demokrasi lima tahunan di tanah air untuk 2024. Ada 17 partai politik (Parpol) yang akan meramaikan Pemilihan umum nanti.

Dari ke-17 Parpol tersebut, 8 parpol adalah parpol non parlemen. 

Kedelapan parpol itu terdiri dari 4 Parpol berwajah lama yang biasa meramaikan pesta demokrasi lima tahunan ini dan ada 4 parpol pendatang baru.

Empat Parpol berwajah lama itu adalah Partai Perindo, Hanura, PSI, dan PBB. Sedangkan para pendatang baru yang akan turut meramaikan pesta demokrasi 2024 yaitu partai Buruh, partai Gelombang rakyat Indonesia (Gelora), partai Kebangkitan Nasional (PKN), dan Partai Garda Perubahan Indonesia.

Keempat parpol berwajah lama tersebut meski tidak memiliki wakilnya di senayan tetapi ada keterwakilan di daerah. Sedangkan untuk empat parpol pendatang baru, mereka masih harus berjuang untuk merebut kepercayaan rakyat di 2024 nanti.

Menarik bahwa parpol-parpol non parlemen ini meski tidak memiliki kursi di parlemen tetapi mereka juga memiliki kemampuan yang didukung oleh basis masa yang jelas. 

Karena itu keberadaan mereka pun sungguh diperhitungkan oleh parpol-parpol besar.

Mereka diperhitungkan sebab mereka juga memiliki hak konstitusional untuk merapat ke parpol atau koalisi parpol yang sudah mengusung capres untuk menambah amunisi.

Kekuatan mereka terletak pada strategi dan warna baru yang ditawatkan kepada para pemilih tentang ke-Indonesia-an yang lebih disegani dan berwibawa.

Strategi dan warna baru inilah yang merupakan poin utama yang membuka peluang bagi mereka untuk merebut masa dari partai-partai besar. 

Belum lagi, mereka pun akan mendapatkan efek bola rebound dari partai-partai besar yang massanya karena akumulasi kekecewaan, frustrasi dan ketidakpuasan keluar dari partai dan memilih bergabung dengan parpol-parpol baru.

Hal yang terpenting adalah bagaimana mereka berusaha agar program-program strategis yang diusung parpol baru ini bisa sampai kepada para pemilih.

Mereka juga memiliki kekuatan pada nilai-nilai baru yang ditawarkan untuk bangsa Indonesia.

Sasaran tembak mereka juga adalah para pemilih pemula. Hal ini akan mudah apabila mereka mampu mengiklankan diri untuk menarik dan menggaet pemilih-pemilih ini. Perlu kerja keras dan kerja cerdas.

Tidak menutup kemungkinan untuk bisa juga menggaet pemilih-pemilih yang masih abu-abu atau pun yang ingin beralih mencari parpol baru yang bisa mewakili aspirasi mereka.

Parpol-parpol non parlemen dan baru ini meski tidak memiliki wakilnya di senayan tapi mereka memiliki wakil-wakilnya di daerah.

Menurut para pengamat sebagaimana dilansir dari Kompas.id ada tiga faktor yang bisa memengaruhi tingkat keberhasilan partai baru dan non parlemen di dalam Pemilu.

Pertama  perpecahan partai besar. Dalam sejarah lahirnya partai politik baru, perpecahan partai besar menjadi kesempatan bagi partai baru untuk unjuk gigi.

Biasanya figur-figur yang membentuk partai baru berasal dari partai-partai besar. Mereka keluar dari partai dengan membawa sejumlah besar kader loyal dan simpatisannya.

Sebut saja contohnya, perpecahan golkar. Gerindra merupakan pecahan golkar, Nasdem pun demikian. Hanura juga demikian, pecah dari golkar. Dan masih banyak contoh lainnya.

Dan justru partai-partai baru yang lahir dari perpecahan golkar tersebut tumbuh menjadi partai-partai besar saat ini.

Kedua, finansial. Uang adalah raja. Ungkapan ini bukanlah isapan jempol belaka.

Kemampuan finansial yang dimiliki oleh pemimpin sebuah partai baru akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan partai politik. Parpol-parpol lama juga demikian. Ketiak kemampuan finansial mulai berkurang, maka sudah dipastikan partai itu perlahan-lahan akan mati dengan sendirinya.

Ketiga, figur. Siapa pemilik partai baru juga memberikan andil yang cukup besar bagi kemajuan sebuah partai baru.

Hal ini mudah sekali diambil contohnya. Demokrat yang dibentuk SBY, naik dengan begitu cepatnya di 2004 karena figur seorang SBY pada saat itu.

Apalagi saat itu, SBY dianggap sebagai korban dari Megawati. Demokrat naik begitu cepatnya dan tak terbendung saat itu. Kemudian SBY menjadi presiden. 2009 pun pamor SBY masih sangat tinggi dan mengantarnya menjadi presiden untuk periode kedua.

Ketiga faktor ini merupakan kekuatan sekaligus menjadi celah bagi sebuah parpol baru, apakah mampu meraih pendukung dan simpatisannya atau justru tenggelam di dalam hiruk-pikuk pesta demokrasi yang akan datang.

Apabila mereka mampu menjadi pemebelajar yang baik, maka tidak akan sulit untuk menanjak naik sebagai partai politik yang diperhitungkan.

Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan bila parpol-parpol baru dan non parlemen ingin sukses di 2024.

Sekali lagi, mereka harus menerapkan strategi kerja keras dan kerja cerdas sebab survei Litbang Kompas dalam hubungan dengan parpol baru dan non parlemen pada periode Januari lalu menunjukkan bahwa elektabilitas parpol-parpol tersebut masih sangat rendah. 

Mereka Cuma memeroleh elektabilitas 6,2 persen. Angka ini sangat jauh apabila dibandingkan dengan parpol-parpol lama yang berada di angka 70 persen ke atas.

Parpol-parpol non parlementer harus menjadikan angka ini sebagai acuan untuk bergerak lebih giat dan lebih gesit. Jika tidak, maka mereka hanya akan menjadi tamu setiap kali ada pesta demokrasi dihelat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun