Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa, Bila Skripsi Merupakan Beban, Alternatif Tugas Akhir Apapun Tetap Beban

1 September 2023   14:22 Diperbarui: 5 September 2023   17:44 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis skripsi. Sumber: deeppublishstore.com

Pemerintah melalui Menteri Pendidikan, Kebudayaan, riset dan teknologi (Mendikbudristek) telah melakukan sebuah terobosan bagi Sekolah Tinggi. 

Melalui peraturan Mendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, pemerintah  telah menghapus kewajiban menulis skripsi untuk tugas akhir bagi para mahasiswa. 

Dengan demikian skripsi tidak wajib lagi menjadi tugas wajib tapi hanya menjadi pilihan.

Sebagai ganti skripsi, para mahasiswa akan diberikan tugas-tugas lain. 

Sementara untuk syarat-syarat bagi program studi yang ingin menerapkan alternatif tugas akhir selain skripsi sudah diatur di dalam Permen tersebut.

Kebijakan menghapus kewajiban skripsi ini tentunya disambut dengan sukacita oleh para mahasiswa. Tetapi rupanya euforia tersebut harus ditahan dulu. Skripsi tidak diwajibkan tetapi mereka memiliki keharusan untuk tetap membuat tugas akhir.

Menteri Nadiem juga menegaskan bahwa apabila ada perguruan tinggi yang masih mewajibkan mahasiswa mengerjakan skripsi maka itu adalah hak mereka.

Apabila dilihat dari kacamata ilmu pengetahuan, tugas apa pun yang dibuat sebagai tugas akhir baik berupa skripsi atau tugas yang lainnya, mempunyai manfaat yang besar untuk para mahasiswa.

Lalu apa itu sebenarnya skripsi? Mengapa dipersoalkan sedemikian rupa? Mengapa para mahasiswa merasa terbebani dengannya?

Skripsi merupakan istilah yang ada di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah untuk tingkat strata satu (sarjana s1) yang membahas suatu fenomena atau permasalahan dalam bidang-bidang tertentu  dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku.

Sebelumnya setiap sekolah tinggi mewajibkan para mahasiswa Strata 1 untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir sebelum diwisuda. 

Prosesnya memang terlalu berbelit-belit. Mereka harus mengajukan proposal penelitian ke dosen pembimbing. Jika disetujui maka akan dilanjutkan untuk menjadi skripsi.

Belum lagi setelah selesai harus dikoreksi berulang kali untuk mendapatkan hasil yang baik. Itu pun kalau dosennya kooperatif. Jika tidak maka yang tersisa dari usaha keras tersebut adalah keputusasaan.

Fakta menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang dibuat pusing ketika berurusan dengan dosen pembimbing ini. Apalagi bagi mahasiswa yang bermental instan dan bersantai-santai. 

Akhirnya tugas yang sebenarnya memiliki manfaat tambahan yang besar untuknya dilihat hanya sebagai beban.

Pada titik inilah jalan pintas ditempuh. Contohnya plagiat atau mencari joki skripsi. Sebuah jalan yang sebenarnya menghianati kesarjanaan mereka sendiri.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi mengapa seorang mahasiswa tidak mampu menyelesaikan skripsinya.

Pertama masalah internal dari mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa malas dan tidak fokus untuk menyelesaikan tugas akhir kuliahnya tersebut.

Ada pula mahasiswa yang merasa pesimis bisa menyelesaikan skripsi karena telah mendengar cerita-cerita tentang kesulitan dan tantangan mengerjakan skripsi dari senior-senior mereka. Mental mereka akhirnya down sehingga mematikan semangat mereka untuk menulis skripsi.

Kedua masalah eksternal yang bisa datang dari dosen atau lingkungan.

Banyak keluhan mahasiswa tentang dosen. Banyak dosen suka mempermainkan para mahasiswa. Mereka mempersulit mahasiswa sehingga membuat semangat menulis menurun bahkan ada yang sampai putus asa.

Bahkan ada dosen yang lebih suka mengurus proyek di luar dari pada mengurus mahasiswa.

Sementara itu, masalah lingkungan juga akan sangat memengaruhi semangat menulis skripsi mahasiswa. Dengan siapa ia berteman dan apakah lingkungan sekitar mendukungnya untuk melakukan penelitian untuk skripsinya atau tidak, memberi dampak yang cukup besar.

Selain itu masalah eksternal lainnya adalah soal biaya atau ongkos untuk mengerjakan skripsi. Biaya itu bisa berupa biaya untuk pembelian kertas, tinta printer, biaya konsultasi, dan seterusnya.

Dua masalah ini memang menjadi momok untuk seorang mahasiswa semester akhir yang dituntut untuk menyelesaikan skripsi sebagai syarat terakhir untuk diwisuda.

Andai saja masalah-masalah itu dapat diatasi, maka menulis skripsi dapat dilihat sebagai sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan menantang intelektualitas seorang mahasiswa. 

Skripsi sebenarnya sangat membantu mahasiswa untuk memvalidasi kesarjanaan seorang wisudawan. Meski hal ini masih diperdebatkan, tapi setidaknya dengan menyusun sebuah skripsi, seorang mahasiswa dilatih untuk disiplin dan fokus mengerjakan sesuatu.

Selain itu tentunya dengan menulis skripsi  mahasiswa bisa mendapatkan ilmu pengetahuan baru dan wawasan baru. Apalagi tema skripsi yang diangkat sesuai dengan basic pengetahuan atau penjurusan yang diambil.

Sebenarnya keengganan menulis skripsi lebih disebabkan oleh dua faktor-faktor tadi ditambah dengan ketidaktahuan akan manfaat yang bisa diperoleh dari menulis skripsi.

Ketidaktahuan ini menyebabkan mahasiswa menganggap skripsi tidak penting dan hanya merupakan sebuah beban.

Para mahasiswa harus sadar bahwa gelar sarjana yang disandang bukan hanya sekedar titel di belakang nama tapi juga harus menyata dalam seluruh cara berpikir, bertindak, dan bertutur kelak di tengah masyarakat dan di dunia kerja.

Untuk itu bagi niversitas-universitas dan perguruan-perguruan tinggi yang masih mewajibkan mahasiswa mengerjakan skripsi sebagai tugas akhir, singkirkan penghalang-penghalang yang memicu munculnya anggapan bahwa skripsi itu sebuah beban.

Manfaat lain dari menulis skripsi sebenarnya adalah meningkatkan kemampuan berpikir seorang mahasiswa.

Kemampuan berpikir tersebut akan semakin terasah saat membuat tugas akhir baik berupa karya ilmiah atau skripsi.

Memang menulis skripsi tidak mudah. Tetapi bila ditekuni sungguh-sungguh maka akan sangat bermanfaat. Mengapa? Sebab dalam melakukan penelitian tentu tidak sembarang masalah yang bisa diangkat. Dibutuhkan proses berpikir yang harus cerdas.

Hal seperti inilah yang pasti akan meningkatkan kecerdasan seseorang dalam berpikir.

Selain itu menulis skripsi juga merupakan suatu proses untuk mengasah kemampuan menulis.

Bukankah skripsi harus ditulis dengan struktur yang rapi, alur yang runtut sehingga tidak membingungkan?

Untuk itu dibutuhkan kedispilinan berpikir dan juga pemahaman yang mumpuni untuk bisa mengolah kata sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar.

Dengan menulis skripsi juga para calon sarjana melatih diri selalu fokus dan konsentrasi dalam menyelesaikan sebuah masalah secara ilmiah.

Menulis skripsi juga membantu mereka untuk bertanggung jawab terhadap tugas dan lebih menghargai waktu.

Nah, bagi mereka yang tidak menulis sendiri skripsinya tentu semua kemampuan itu dengan sendirinya tidak terlatih dengan baik.

Hal yang sama juga terjadi untuk tugas-tugas akhir yang akan diberikan sekolah tinggi kepada para mahasiswa sebagai alternatif skripsi.

Apabila inti dari tugas akhir mahasiswa adalah untuk memajukan pengetahuan dan mendukung kebaikan di tengah masyarakat maka kita harus mendukungnya.

Toh esensi dan tugas-tugas lain sebagai alternatif skripsi itu sama. Tugas-tugas akhir itu mempunyai tujuan untuk menguji kemampuan mahasiswa untuk merangkum dan mengaplikasikan semua pengalaman pendidikan untuk memecahkan masalah dalam bidang keahlian atau bidang studi tertentu secara akurat dan didukung dengan analisis dan data yang valid. 

Akhir kata, pada akhirnya harus ada tugas akhir sebelum menyelesaikan seluruh proses dan tahapan sekolah tinggi, bukan?

Bagi yang malas dan yang berpikir bahwa yang penting lulus dan mendapat gelar sarjana, tentu saja tugas apa pun yang diberikan kepada mereka akan menjadi beban. Sebab tujuan mereka kuliah adalah untuk mendapat gelar, bukan untuk mendapat ilmu dari dunia pendidikan.

Kalaupun skripsi ditiadakan tapi masih tetap ada tugas akhir yang akan menjadi nilai untuk ukuran intelektualitas seorang sarjana.

Bila skripsi adalah beban maka bagaimanapun tugas akhir lain pun akan selalu menjadi beban, terutama bagi mereka yang selalu melihat segala sesuatu sebagai masalah.

Semoga dunia pendidikan kita semakin maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun