Nilai-nilai seperti kegotoroyongan dan saling menghargai adalah nilai-nilai yang menjadi kekhasan bangsa Indonesia. Nilai-nilai ini tidak boleh dibiarkan digilas oleh nilai-nilai negatif yang dibawa oleh kemajuan global yang cenderung individualistis.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ingin memperkuat penghayatan nilai-nilai Pancasila melalui penguatan karakter dalam enam Profil pelajar Pancasila.
Enam profil pelajar Pancasila merupakan langkah taktis dari Kemendikbudristek untuk mengakarkan kembali nilai-nilai Pancasila di dalam diri seorang anak didik mulai dari bangku Paud hingga Perguruan Tinggi.
Ini adalah upaya agar generasi Z tidak tercerabut dari nilai-nilai Pancasila yang merupakan saripati dari budaya bangsa kita.
Dengan kata lain, agar tidak terperangkap dalam kemajuan zaman tanpa memiliki basis nilai yang jelas, penguatan karakter lewat pendidikan Pancasila sangat diperlukan.
Enam profil pelajar Pancasila itu adalah beriman, bertaqwa kepada TYME, dan berakhlak mulia; berkebhinekaan global; mandiri; bergotong royong; bernalar kritis; dan kreatif.
Profil pelajar Pancasila menjadi karakter yang wajib dibangun sejak anak usia dini.
Sebagaimana telah disentil di atas bahwa kita tidak bisa memungkiri perkembangan dunia komunikasi dan digital dewasa ini telah menempatkan generasi Z pada satu pilihan dilematis antara mempertahankan nilai-nilai budaya yang berakar pada Pancasila atau meninggalkannya.
Anak-anak sekolah saat ini jangankan menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, menghafal kelima sila Pancasila saja susah.
Untuk itu dengan memasukkan kembali Pancasila sebagai bahan pelajaran di sekolah, anak-anak dari generasi Z ini mampu mengomunikasikan dengan lebih baik nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan paraktis mereka.
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya sangat mudah diterapkan.