Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Alpha Female dan Perjuangan Mereka yang Dilematis

9 Maret 2023   12:03 Diperbarui: 10 Maret 2023   18:00 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alpha Female. Orami.co.id

Alpha female bukanlah suatu fenomena baru. Alpha female merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut perempuan yang mandiri, berjiwa memimpin, percaya diri, penuh ambisi, dan dihormati orang-orang di sekitarnya.

Pada umumnya deteminasinya kadang-kadang menyebalkan dan membuat laki-laki merasa terancam.

Dalam sejarah peradaban manusia selalu saja ada perempuan-perempuan dengan kemauan kuat, dominan, tegas, dan berkualitas dalam memimpin.

Hanya saja mereka seperti single fighter yang bertarung sendiri melawan dunia, bahkan melawan kaumnya sendiri.

Sebagai single figther, mereka selalu berada di bawah bayang-bayang laki-laki.

Mereka berada pada satu situasi yang dilematis. Karena di satu sisi mereka berusaha untuk mengangkat derajat kaum perempuan, tapi di sisi lain mereka harus menabrak kemapanan tatanan budaya patriarkat yang sudah mendarah daging di tengah masyarakat.

Mereka harus melawan agama maskulinitas, mereka harus melawan budaya maskulinitas, dan bahkan mereka harus melawan kaumnya sendiri yang masih mau mempertahankan status quo.

Ketika ada seorang perempuan yang bekerja keras, banting tulang untuk menghidupi keluarganya, pasti ada yang akan membandingnya dengan seorang laki-laki.

Di tempat-tempat tertentu, banyak orang masih alergi terhadap kepemimpinan perempuan. Padahal tidak ada masalah dengan itu bila dia memiliki jiwa kepemimpinan yang memang dibutuhkan.

Di tengah keluarga, masih terdapat larangan bagi seorang seorang anak perempuan untuk bekerja seperti laki-laki. Orang akan menegur dan melarang karena di tengah masyarakat atau dalam budaya tertentu sudah ada pemetaan yang rigit, mana pekerjaan yang boleh dikerjakan oleh seorang laki-laki dan mana pekerjaan yang boleh dikerjakan oleh seorang perempuan.

Padahal pekerjaan apapun bisa dikerjakan oleh siapapun entah laki-laki atau perempuan, asalkan nyaman bagi dirinya, maka tidak akan menjadi masalah.

Justru dunia lagi membutuhkan perempuan-perempuan seperti ini untuk menjadi pembeda dan bisa menginspirasi para perempuan yang masih tidur dalam kungkungan budaya patriarkat yang kuat.

Alpha Female. Orami.co.id
Alpha Female. Orami.co.id

Dalam satu kesempatan seminar yang mengangkat tentang isu feminisme, saya bertanya waktu itu mengapa perempuan membiarkan atau memberi ruang kepada laki-laki untuk ditindas atau diperlakukan tidak adil oleh para laki-laki.

Jawaban nara sumber sungguh mengejutkan dan menghentak kesadaranku. Ia menjawab sambil membalikkan pertanyaan yang sama kepada saya, mengapa para laki-laki menciptakan ruang penindasan itu.

Jawaban ini serentak menghentak kesadaranku bahwa ternyata perjuangan untuk membebaskan perempuan dari stigma gender yang tidak adil bukanlah perjuangan perempuan semata.

Perjuangan itu harus dilakukan bersama-sama. Para perempuan harus berani keluar dari kungkungan adat-istiadat dan norma moral yang selama ini mediskreditkan perempuan.

Sementara itu laki-laki harus menurunkan egonya sebagai penguasa dan bahkan harus menghilangkan stigma dimana laki-laki mesti berkuasa atas perempuan.

Hanya dengan melakukan gerakan bersama seperti itu, kaum perempuan dapat memperoleh hak mereka.

Meski ada seribu perempuan yang dilabeli dengan alpha female, tapi gerakan itu akan sia-sia jika mereka bergerak sendiri-sendiri dan bukan dilakukan sebagai gerakan bersama.

Jika masih ada perempuan yang tunduk taat pada adat istiadat yang diskriminatif, ajaran agama yang diskriminatif, dan tata nilai masyarakat masih sangat berpihak pada laki-laki, maka perjuangan akan terhambat.

Sebab para pakar dan sosiolog menemukam bahwa ternyata hampir di seluruh dunia, baik adat-istiadat maupun agama dan pelbagai kepercayaan masih didominasi keberpihakan pada laki-laki.

Dalam budaya matrilineal sekalipun hak perempuan tetap dikooptasi oleh kepentingan laki-laki. Salah satu contohnya adalah budaya orang Malaka di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur.

Orang Malaka atau biasa disebut orang fehan, menganut sistem matrilineal. Siapa yang menikah dengan perempuan fehan akan masuk klan keluarga istri.

Semua warisan jatuh ke tangan perempuan. Karena mereka yang menjaga suku.

Tetapi dalam acara-acara keluarga dan adat-istiadat perempuan tidak bisa memutuskan apa pun. Laki-laki yang berhak untuk mengambil keputusan.

Jadi meski adat-istiadat matrilineal tapi bukan berarti perempuan memiliki hak penuh. Hanya sebagian saja yang menjadi haknya. Sementara sebagian besarnya masih di dalam genggaman tangan laki-laki.

Ini hanyalah sebuah contoh. Cengkraman-cengkaraman budaya seperti inilah yang sebenarnya menghambat perempuan mengekspresikan diri mereka seperti yang dikehendaki.

Banyak sekali kita menemukan perempuan-perempuan dengan tipe alpha female ini di sekitar kita. Ciri-cirinya sangat mudah dikenal. Karena tipe perempuan-perempuan pejuang yang disebut alpha female sangat mudah ditemukan.

Seorang alpha female akan sangat menuntut perhatian dari semua orang untuk tertuju kepadanya. Ia akan menjadi pembeda.

Kehadirannya akan selalu mencuri perhatian semua orang dan menangkap mereka dengan energi yang dimilikinya.

Meski dalam hal memimpin, banyak perempuan memiliki kesempatan untuk berada di sana. Tapi sayangnya, banyak dari mereka tidak siap untuk berada di sana.

Sementara seorang alpha female selalu memandang kepemimpinan sebagai sesuatu yang ia sukai.

Ia hidup dengan tujuan yang jelas di semua bidang kehidupan dan tidak takut untuk menjadi mandiri.

Tidak mudah menyerah, ambisius, dan selalu mau belajar adalah ciri lain dari seorang alpha female.

Karena sifatnya yang ambisius, maka mereka tidak akan segan-segan mengambil risiko.

Apakah kita menemukan perempuan-perempuan seperti ini di tempat kerja, di lingkungan, atau tempat tinggal kita?

Mari dukung mereka untuk menjadi penggerak bagi kaum perempuan dan memberikan kepastian kepada kaum laki-laki bahwa perempuan bukanlah masyarakat golongan kelas dua.

Kita membutuhkan sentuhan-sentuhan magis kaum alpha female atau alpha woman ini. Hargai perjuangan mereka dan biarkan mereka bebas memperjuangkan hak dan ambisi mereka.

Meski merasa dilematis dalam perjuangan, mereka harus didukung dan ruang untuk kebebasan mereka harus dibuka seluas-luasnya.

Profisiat untuk perempuan-perempuan hebat yang pernah ada dan akan ada untuk membawa perubahan. Selamat Hari Perempuan untuk para perempuan hebat dimana saja berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun