Sebab para pakar dan sosiolog menemukam bahwa ternyata hampir di seluruh dunia, baik adat-istiadat maupun agama dan pelbagai kepercayaan masih didominasi keberpihakan pada laki-laki.
Dalam budaya matrilineal sekalipun hak perempuan tetap dikooptasi oleh kepentingan laki-laki. Salah satu contohnya adalah budaya orang Malaka di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur.
Orang Malaka atau biasa disebut orang fehan, menganut sistem matrilineal. Siapa yang menikah dengan perempuan fehan akan masuk klan keluarga istri.
Semua warisan jatuh ke tangan perempuan. Karena mereka yang menjaga suku.
Tetapi dalam acara-acara keluarga dan adat-istiadat perempuan tidak bisa memutuskan apa pun. Laki-laki yang berhak untuk mengambil keputusan.
Jadi meski adat-istiadat matrilineal tapi bukan berarti perempuan memiliki hak penuh. Hanya sebagian saja yang menjadi haknya. Sementara sebagian besarnya masih di dalam genggaman tangan laki-laki.
Ini hanyalah sebuah contoh. Cengkraman-cengkaraman budaya seperti inilah yang sebenarnya menghambat perempuan mengekspresikan diri mereka seperti yang dikehendaki.
Banyak sekali kita menemukan perempuan-perempuan dengan tipe alpha female ini di sekitar kita. Ciri-cirinya sangat mudah dikenal. Karena tipe perempuan-perempuan pejuang yang disebut alpha female sangat mudah ditemukan.
Seorang alpha female akan sangat menuntut perhatian dari semua orang untuk tertuju kepadanya. Ia akan menjadi pembeda.
Kehadirannya akan selalu mencuri perhatian semua orang dan menangkap mereka dengan energi yang dimilikinya.
Meski dalam hal memimpin, banyak perempuan memiliki kesempatan untuk berada di sana. Tapi sayangnya, banyak dari mereka tidak siap untuk berada di sana.