Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Alasan Bahasa Indonesia merupakan Bahasa yang Hidup dan Dinamis

31 Oktober 2022   04:19 Diperbarui: 31 Oktober 2022   21:22 1796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PUEBI bisa diunduh gratis. Sumber: bobo.grid.id

Saat ini saja bahasa Indonesia telah menerima banyak kata serapan yang berasal dari berbagai bahasa asing.

Kata-kata seperti gawai atau gadget yang dulu hanya muncul dalam bahasa percakapan tidak resmi, kini telah menjadi kata resmi dan diakui sebagai bahasa resmi.

Begitu pula dengan kata-kata seperti warganet, daring, luring yang dulunya begitu asing, kini sudah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi V.

Bahkan jauh sebelum masuk dalam KBBI edisi V kata-kata tersebut sudah digunakan dalam bahasa tulis di dalam media-media mainstream seperti Kompas.com, Media Indonesia, Tempo, Antaranews, dan lain sebagainya.

Kata-kata itu bisa bertambah setiap tahun karena mengalami penyesuaian dengan kata-kata asing yang sering kita gunakan setiap hari.

Perkembangan ejaan bahasa Indonesia juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu sebagaimana dilansir oleh www.ruangguru.com. 

Awal mula ejaan bahasa Indonesia disebut ejaan Van Ophuisjen. Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang terbit pada tahun 1901.

Lalu menyusul pedoman kedua yang disebut ejaan Soewandi yang diresmikan pada 19 Maret 1947. Pembaharuannya terletak pada penghapusan diftong "oe" yang diganti dengan huruf "u" dan penghilangan tanda apostrof. Sehingga penulisan kata seperti duloe diganti menjadi dulu. Begitu pula nama yang menggunakan diftong rangkap seperti Soekarno atau Soeharto berubah menjadi Sukarno dan Suharto.

Setelah periode ini, datanglah periode berikut yang dinamakan ejaan Pembaharuan. Perbedaan yang mencolok ejaan pembaharuan dibandingkan ejaan-ejaan yang terdahulu terletak pada perubahan penulisan vokal rangkap seperti ai, oi, au berubah menjadi ay, oy, dan aw. Sehingga kata seperti koboi berubah menjadi koboy, kata kerbau penulisannya berubah menjadi kerbau.

Begitu juga kata berulang. Kata-kata berulang ditulis menjadi satu kata, tidak lagi dipisahkan dengan tanda hubung. Misalnya kata layang-layang ditulis menjadi layanglayang atau kata kupu-kupu ditulis menjadi kupu-kupu.

Setelah ejaan ini, muncul lagi ejaan Melindo. Pada dasarnya ejaan Melindo tidak jauh berbeda dengan ejaan Pembaharuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun