Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Fenomena Penusukan oleh OTK dan Masalah Psikologis yang Mengintai Pelakunya

26 Oktober 2022   15:14 Diperbarui: 26 Oktober 2022   15:31 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penusukan oleh OTK. Sumber: ayobandung.com

Penusukan oleh orang yang tidak dikenal semakin meresahkan. Fenomena ini terjadi begitu saja dan hampir serentak di seluruh Indonesia. Bukan saja terjadi tahun ini. Kasus yang sama sudah terjadi berulang kali.

Beragam motif turut melatarbelakangi pelaku melakukan perbuatan kejinya ini. Mulai dari dendam, perampokan, pencurian, dan lain sebagainya.

Tetapi dari semua motif itu, sebenarnya masalah psikologis adalah faktor utama penyebab penusukan yang dilakukan pelaku. Kejiwaan pelaku yang terganggu menjadi awal dari perilakunya yang menyimpang. Akal sehatnya menjadi tumpul sehingga ia dikendalikan oleh naluri hewaninya.

Semua tindakan dan perbuatannya bukan didasarkan pada satu kalkulasi matang dari pikirannya yang rasional tapi lebih didorong oleh emosinya yang meledak-ledak dan tidak terkendali.

Sebelumnya diberitakan bahwa Shakila, bocah perempuan 12 tahun di Cimahi menjadi korban penusukan oleh orang tak dikenal saat pulang ngaji pada Rabu, 20/10 2022. 

Shakila ditusuk di lokasi yang tidak jauh dari rumahnya di Jalan Mukodar, RT 04/07, Kelurahan Cibeum, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat. 

Setelah empat hari buron, pelaku akhirnya ditangkap. Dari pelaku, polisi sebagai penyidik memperoleh keterangan bahwa motif penusukannya adalah pembunuhan berencana dan pencurian. 

Ia meminta HP, tapi korban tidak memiliki HP. Karena kesal, pelaku langsung menusuk korban di bagian punggung hingga tembus ke jantung. Tindakan tersangka mengakibatkan korban meninggal setelah sebelumnya sempat dilarikan ke Puskesmas terdekat.

Setelah itu, dua hari berselang seorang tukang Ojol mengalami penusukan dari orang tak dikenal di Tanah Abang, Jakarta Pusat. (Sabtu 22 Oktober pukul 13.00 WIB).

Rentetan penusukan oleh orang tak dikenal (OTK) ini merupakan sebuah fenomena yang tidak biasa. Orang menjadi bertanya-tanya, mengapa kasus penusukan oleh orang tak dikenal ini kian marak. Fakta psikologis apa yang melatarbelakangi para pelaku melakukan perbuatan  keji mereka.

Gangguan mental para pelaku sudah sedemikian akutkah sehigga tidak ada sedikit rasa empati terhadap sesama. Tanpa berpikir panjang, mereka tega bertindak brutal menghabisi nyawa orang lain.

Ternyata kasus serupa telah banyak terjadi di bagian-bagian lain dari negeri ini.

Kita ingat peristiwa penusukan yang menimpa mantan Menko Polhukam Wiranto beberapa waktu lalu oleh orang yang tak dikenal. Akibat dari serangan tersebut, Wiranto mengalami dua luka tusuk dan saat itu langsung dirawat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.

Saya juga kembali teringat kejadian penusukan oleh orang tak dikenal yang dialami oleh seorang siswa STM Nenuk, Atambua, Kabupaten Belu dalam pekan pameran yang diselenggarakan akhir bulan Agustus lalu di Atambua. 

Sebelumnya juga telah terjadi kasus penusukan oleh orang tak dikenal terhadap seorang Satpam BNI Cabang Atambua pada Desember tahun lalu.

Meski motif yang melatarbelakangi kasus-kasus penusukan beragam, tetapi yang patut dipertanyakan mengapa kasus-kasus ini terjadi serta-merta di banyak tempat. 

Para psikolog harus bekerja keras untuk menemukan fenomena kejiwaan dari para pelaku. Mengapa hal ini terus terjadi.

Orang normal tentu tidak melakukan tindakan-tindakan rendah seperti itu. Penusukan seperti itu hanya dilakukan oleh orang-orang dengan gangguan kejiwaan yang serius.

Tindakan penusukan itu dari sisi hukum jelas masuk dalam tindakan kriminalitas. Apalagi sampai menghilangkan nyawa orang.

Sekali lagi pertanyaan besarnya, mengapa orang tega melakukan tindakan keji semacam itu. Mengapa orang begitu enteng menghabisi nyawa orang hanya demi memuaskan hasrat membunuhnya.

Setiap pelaku pasti memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda dan tentu tidak bisa disamakan, tapi ada satu kesamaan yaitu keberaniannya untuk betindak keji. Pasti ada sesuatu yang mendorongnya untuk bertindak keji seperti itu.

Banyak faktor psikologis yang membuat pikiran rasional para pelaku menjadi tumpul atau bahkan mati. 

Dari berita-berita yang berseliweran dan fakta-fakta yang terungkap, disimpulkan bahwa pada umumnya para pelaku penusukan adalah orang-orang yang memiliki masalah mental dan bisa dikatakan sakit secara emosional. 

Apakah ia sedang mengalami kesedihan mendalam, depresi, atau pun rasa putus asa (Kompas.com). Semuanya terakumulasi menjadi satu dan akhirnya muncul dalam tindakan-tindakan pembunuhan terhadap orang lain.

Sementara itu, gangguan psikologi berat seperti dendam dan sakit hati bisa juga menjadi latar belakang para pelaku. 

Selain itu gangguan mental akibat dikucilkan oleh teman-teman atau orang lain juga bisa menjadi alibi kuat bagi pelaku untuk melakukan tindakan kejahatannya.

Pelaku penusukan pasti telah mempunyai niat membunuh di dalam dirinya. Robert Burton dalam bukunya The Anatomy of Melancholy mengatakan bahwa belum ada ilmu yang mengungkap penyebab spesifik mengapa orang membunuh. 

Menurut Burton, penyebab utama seseorang bisa melakukan tindakan pembunuhan adalah emosional yang meledak. 

Sedangkan Profesor David Buss dari University of Texas-Austin yang melakukan riset terhadap 5000 orang, mengatakan bahwa 91 persen pria dan 84 persen wanita, di sepanjang hidupnya pernah berpikir membunuh orang. Tetapi mereka cuma berpikir atau membayangkannya.

Sang Profesor mengatakan bahwa dalam risetnya tersebut, hanya 1 persen dari sekian persen orang di atas yang benar-benar melakukan pembunuhan. Mereka yang masuk dalam kelompok ini ternyata mempunyai masalah psikologi yang berat.

Masalah psikologis berat ini bisa bermacam-macam. Ada yang mengalami trauma masa lalu yang akut. Ada juga pelaku yang mengalami depresi. Tekanan hidup yang berlebihan bisa juga memicu orang melakukan tindakan-tindakan irasional tersebut. 

Stres yang berkepanjangan bisa juga menjadi pemicu hilangnya kontrol akal budi terhadap tingkah laku orang.

Masalah psikologis di atas dapat ditangani oleh seorang psikolog. Tetapi yang paling berbahaya adalah bila pelakunya seorang psikopat dan atau seorang yang mengalami skizofrenia di mana dalam pikirannya selalu ada bisikan untuk membunuh orang lain.

Skizofrenia sendiri adalah sebuah gangguang yang menyebabkan orang tidak mampu berpikir normal. Pikirannya dipenuhi halusinasi dan kacau balau. Lebih parahnya bila pikirannya hanya berisi bisikan untuk membunuh orang lain.

Kembali kepada para pelaku penusukan. Mestinya threatment yang tepat harus dilakukan agar sakit mental mereka disembuhkan. Hukuman atas tindakan kriminalitas yang mereka lakukan boleh-boleh saja, tetapi pendampingan psikologis juga harus diberikan.

Masalah psikologis yang mengintai pelakunya juga harus dibereskan agar tindakan yang sama tidak dilakukan jika kelak ia kembali ke lingkungan masyarakatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun