kader Partai Nasdem merupakan sesuatu yang mengejutkan. Hal ini mau mengatakan bahwa soliditas di antara semua kader di dalam partai tersebut dipertanyakan.Â
Mundurnya paraFenomena ini ini cukup mengganggu tentunya untuk partai besutan bos Metro dan Media Indonesia tersebut. Meski dalam kesempatan lawatannya ke Medan akhir pekan kemarin, Paloh menyebut bahwa tidak ada soal sama sekali dengan pengunduran diri para kedernya itu. Sebab menurutnya dalam waktu singkat NasDem bisa kembali merekrut kader-kader lain yang lebih baik dari mereka yang keluar itu.
Menurut beberapa pengamat, fenomena ini dilihat sebagai sebuah pembongkaran terhadap tradisi politik Asal Bapak Senang (ABS) atau Asal Mama Senang (AMS) dalam tubuh partai politik.
Dalam beberapa konteks politik, banyak kali para ketua umum partai sudah bersabda maka para kader partai tinggal mengikuti. Inilah yang coba dilawan oleh para kader partai NasDem yang memilih untuk mengundurkan diri tersebut. Menurut mereka, dari pada harus mengiyakan keputusan Ketua Umum tapi melawan suara hati dan prinsip hidup, lebih baik mundur.
Fenomena ini sungguh menarik. Tetapi menurut beberapa kader Partai NasDem, apa yang telah diputuskan oleh Ketum mereka telah sesuai dengan mekanisme di dalam partai.Â
Marilah sedikit kembali ke bulan Juni tepatnya 15 - 17 Juni 2022, saat Partai besutan Surya Paloh tersebut melakukan rakernas. Waktu itu ada tiga kandidat potensial yaitu Ganjar Pranowo, Anis Baswedan, dan Andika Perkasa hasil rakernas yang disodorkan kepada Paloh.
Selanjutnya menurut makanisme partai, menjadi hak prerogatif Ketua umum untuk menentukan siapa yang akan dipilih dari ketiganya untuk menjadi calon presiden dari partainya.
Caba lihat posisi Ganjar. Dia berada pada situasi dilematis. Antara menerima pinangan partai lain atau loyal pada PDI P yang sepertinya tidak meliriknya dan lebih memilih Puan.Â
Dari jawaban-jawabannya kepada para pemburu berita, diketahui bahwa Ganjar tetap loyal kepada PDI P, partai yang telah membesarkannya. Situasi dilematis itulah yang membuat Ganjar terpojok dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia juga tidak memberikan tanggapan apa pun kepada NasDem yang telah memunculkannya dalam rakernas mereka sebagai calon presiden potensial.
Sementara itu, Andika Perkasa sampai saat ini masih aktif sebagai Panglima TNI. Dan situasi ini pun menyebabkan Nasdem kesulitan untuk mengambil Andika menjadi calon presidennya.
Partai Nasdem akhirnya secara resmi mengusung Anis Baswedan menjadi calon presidennya. Deklarasi itu diumumkan secara langsung oleh Ketua Umum NasDem Surya Paloh di Kantor DPP Partai NasDem , Gondangdia, Jakarta Pusat, pada Senin 3 Oktober 2022.
Beberapa orang di dalam internal partai NasDem berpendapat bahwa yang mereka harapkan adalah insting negarawan dari Surya Paloh untuk bisa membongkar berbagai negativitas yang melekat pada pribadi Anis.
Tentu semua hal negatif itu masih segar dalam ingatan kita. Politik identitas yang dimainkan Anies dan kelompoknya selama suksesi pilkada DKI Jakarta 2017 silam masih terlalu fresh di kepala seluruh rakyat Indonesia yang telah melek politik.
Namun semua hal ini dikesampingkan Surya Paloh. Ia sendiri mengatakan bahwa pemilihan Anies sebagai calon presiden dari partai Nasdem sudah berdasarkan pertimbangan dan perenungan yang matang. Setelah melihat dan mempertimbangkan dengan saksama maka dipilihlah yang terbaik dari yang baik-baik, yaitu Anies Rasyid Baswedan.
Paloh meyakini bahwa pikiran-pikiran  Anies dalam perspektif baik makro mikro sejalan dengan apa yang partai NasDem yakini. Tetapi publik juga masih bertanya-tanya tentang pikiran Anies yang dikatakan Paloh sejalan dengan partai NasDem.
Langkah Surya Paloh bersama para petinggi partai NasDem di Jakarta rupanya memunculkan rasa tidak puas dari para kader partai yang ada di daerah-daerah. Keputusan ketua umum partai Nasdem tersebut mendapat sambutan negatif dari kader-kader Nasdem yang ada di daerah.Â
Sambutan negatif itu ditunjukkan dengan penguduran diri banyak kader partai yang ada di daerah. Mereka mundur satu-satu sebagai langkah politis ketidaksetujuan mereka dengan partai NasDem di pusat.
Sebelumnya diberitakan bahwa setelah pengumuman tentang pancapresan Anies oleh Surya Paloh, Niluh Djelantik langsung juga mengumumkan diri keluar dari NasDem lewat instagram pribadinya @niluhdjelantik pada hari yang sama.
Niluh Djelantik sendiri adalah kader partai Nasdem asal pulau Bali. Â Sikap yang ditunjukkan oleh Niluh merupakan sikap yang patut dipuji karena dia berani mengambil sikap dengan keputusan partai yang berlawanan suara hatinya.Â
Wanita asal Bali ini merupakan seorang perancang sepatu handmaid kulit asal Bali yang bergabung dengan Partai Nasdem sejak 2018 lalu. Â Meski telah mengundurkan diri, tetapi dia tetap konsisten untuk membela kaum marginal, mereka yang terpinggirkan yang memang selama ini menjadi perhatian utamanya. Begitulah niatnya.
Tak lama berselang, Andreas Acui Simanjaya, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kalimantan Barat juga mengatakan mundur dari partai NasDem. Ia mengatakan akan menentukan langkah politik strategis yang sesuai dengan tujuan dan cita-citanya dalam dunia politik untuk bisa membawa manfaat bagi masyarakat luas.
Sementara itu, Sekretaris Pemuda NasDem  Dewan Perwakilan Daerah (DPD) kota Semarang, Hanandityo Hendro dan Wakil Sekretarisnya, Shafig Pahlevi Ponto juga telah menyatakan diri mundur dari partai NasDem.
Alasan pengunduran mereka adalah keputusan partai yang tidak sesuai lagi dengan hati nurani. Dari pada berlama-lama di dalam partai dan nantinya mengecewakan dan membawa polemik internal partai, maka mundur adalah pilihan yang lebih bijak.
Ini tentunya menjadi pukulan telak bagi Partai Nasional Demokrat. Belum lagi telah dilaporkan bahwa ada sekitar 5000 lebih kader Partai Nasdem Jawa Barat mengundurkan diri buntut dari peristiwa 3 Oktober lalu.
Mereka kecewa terhadap partai ini. Menurut mereka, dengan mengusung Anies yang jelas-jelas berpihak kepada kaum intoleran akan membawa dampak yang sangat buruk bagi bangsa ini.
Banyak kader itu menyatakan bahwa pemikiran dan hati mereka tidak lagi sejalan dengan kebijakan partai.
Fenomena ini sungguh menarik. Hal ini membuktikan bahwa para politisi kita sudah semakin dewasa dalam berpolitik. Mereka tidak lagi hanya sekedar mengkuti tradisi asal bapak senang atau asal mama senang.
Meski hak prerogatif penentuan Capres ada di tangan Ketua Umum, tapi tentunya keputusan harus benar-benar mawakili suara-suara dari kalangan bawah. Keputusan partai harus mendapat persetujuan dari seluruh kader partai berdasarkan mufakat.Â
Mundurnya para kader NasDem bisa menjadi pembelajaran politik bagi para politisi bahwa prinsip pribadi itu harus dijunjung tinggi. Setiap politisi harus berani bersikap apabila ada keputusan partai yang tidak sesuai dengan hati nurani dan kepentingan masyarakat banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H