Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Berdamai dengan Sejarah, Coba Memaknai Gerakan 30 September dalam Bingkai Hari Kesaktian Pancasila

1 Oktober 2022   14:43 Diperbarui: 1 Oktober 2022   14:48 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Pahlawan Revolusi, Komplek Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya. Sumber: tribunjakarta.com

Pasukan Tjakrabirawa adalah pasukan elit dalam tubuh ABRI kala itu. Dan justru mereka dimanfaatkan untuk membunuh jenderal-jenderal potensial bangsa ini.

Kejadian sesungguhnya memang tidak pernah ada yang tahu. Kita tidak mengetahui motif sesungguhnya yang ada di balik peristiwa berdarah itu.

Satu yang pasti bahwa Pancasila masih tetap kokoh sampai dengan saat ini. Meski dirongrong sedemikian rupa pada setiap waktu dan zaman, kesadaran kolektif bangsa ini masih mengamini bahwa Pancasila adalah dasar negaranya.

Untuk gerakan 30 September sendiri, pendapat arus utama mengklaim, dalang di balik tindakan brutal itu adalah partai komunis saat itu. Berbagai fakta ditampilkan ke publik dengan narasi pokoknya bahwa partai komunis Indonesia bersalah. Karena itu partai itu dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang di bumi Indonesia. Ini bisa kita terima.

Tetapi mengapa ribuan bahkan jutaan rakyat yang tidak bersalah pun harus menjadi korban kekejaman sebuah rezim yang mengatasnamakan bangsa ini untuk membantai dan membunuh mereka. Apakah nyawa tujuh pahlawan revolusi itu lebih berharga dari nyawa ribuan bahkan jutaan rakyat yang mati sia-sia karena dicap sebagai simpatisan partai terlarang itu?

Saya kira refleksi besar di Hari Kesaktian Pancasila harus sudah mulai bergeser ke arah yang lebih positif.  

Bayangkan, berpuluh-puluh tahun, kepala anak-anak bangsa ini dan seluruh masyarakat Indonesia coba direcoki dengan stigma negatif itu. Selama 32 tahun kekuasaan Orde Baru narasi besar itu dibangun, bukan saja dari satu sisi tetapi dari berbagai sudut. Bahkan film G 30 S PKI diputar berulang-ulang setiap tahun.

Tujuannya sangat jelas, yaitu membentuk satu opini bersama bahwa siapa pun yang masih mempunyai hubungan dengan mereka yang dituduh sebagai PKI baik secara langsung maupun tidak langsung, harus disingkirkan dan tidak boleh diberi tempat di bumi Indonesia.

Drama G 30 S PKI memang meninggalkan trauma dan luka bagi bangsa ini. Bukan saja untuk para pahlawan revolusi, tapi kepada ribuan bahkan jutaan rakyat kita yang dibantai tanpa tahu apa kesalahan mereka. 

Kita bersyukur karena kita masih memiliki Pancasila. Namun kita perlu berefleksi bahwa Pancasila tidak semestinya menjadi alasan  untuk membantai sesama warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama di tanah pertiwi ini.

Selamat Hari Kesaktian Pancasila!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun