BPA jelas sangat berbahaya bagi tubuh. Tetapi menurut Dr Eko Hari Purnomo, pakar teknologi pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), ada kemungkinan kecil sekali untuk terjadinya migrasi atau perpindahan BPA dari kemasan galon ke dalam airnya mengingat BPA itu tidak larut dalam air. Menurutnya BPA berbahaya tetapi untuk galon isi ulang air minum sudah ada batas toleransinya yang memang tidak berbahaya bagi tubuh.
Beberapa negara maju cukup ketat soal kandungan BPA pada bahan plastik yang mereka gunakan sebagai wadah makanan maupun minuman. Uni Eropa sendiri telah memperketat kadar BPA dalam makanan dari 0.6 mg/kgmakanan menjadi 0.05 mg/kgmakanan pada tahun 2018.
Di dalam negeri ada polemik yang muncul antara mereka yang pro dan mereka yang kontra.Â
Pihak yang setuju berpendapat bahwa bila pelabelan ini diterapkan maka akan sangat membantu masyarakat. Sebab latarbelakang penerapannya adalah untuk kepentingan kesehatan masyarakat secara luas.
Sementara mereka yang menolak beralasan pelabelan ini akan mematikan beberapa perusahan air minum kemasan.Â
Untuk diketahui persaingan air minum kemasan bermerek dari kalangan masyarakat menengah ke atas angkanya telah mencapai 35 miliar liter pertahunnya. Persaingan itu terjadi antara perusahan galon isi ulang bermerek yang menggunakan plastik PC yang ada BPA versus pemain baru yang produknya memakai plastik yang lebih berkelas dan bebas BPA.
Penolakan juga datang dari perusahaan  Air Minum dalam Kemasan (ASPADIN). Menurut mereka dengan adanya pelabelan tersebut akan mematikan industri Air Minum dalam Kemasan (AMDK).
Untuk alasan itu mereka mengingatkan bahwa penggunaan galon isi ulang di berbagai kalangan sudah hampir mencapai 40 tahun. Namun sampai dengan saat ini belum ada keluhan atau pun masalah kesehatan serius dari masyarakat pengguna galon isi ulang yang disebabkan secara langsung oleh BPA dalam galon isi ulang.
Sementara itu BPOM beralasan bahwa pemberian label "BPA free" pada kemasan galon air isi ulang semata-mata untuk penyelarasan standart kemasan pangan dan juga memberikan informasi yang presisi pada masyarakat.
Beberapa ahli kesehatan mengatakan plastik yang mengandung Bisphenol-A berisiko beruk terhadap kesehatan. Tetapi bukan berarti plastik kemasan bebas BPA tidak berisiko. Namanya plastik semuanya berisiko untuk memperburuk kesehatan.
Ada beberapa kalangan menilai bahwa BPOM sengaja melemparkan isu ini karena mendukung salah satu pihak atau salah satu brand (kemasan galon isi ulang)