Diketahui bahwa pemda Belu tahun ini masih merekrut tenaga honorer untuk sejumlah instansi dan juga guru untuk ditempatkan di sekolah-sekolah yang masih kekurangan guru.
Sayangnya, perekrutan ini menimbulkan masalah baru karena tenaga-tenaga honorer yang sudah lama mengabdi tidak diakomodir kembali, tapi justru pemda merekrut tenaga-tenaga yang baru.
Gelombang ketidakpuasan masyarakat diekspresikan dengan demo  dan juga penyegelan sekolah oleh pemilik tanah di mana pemerintah membangun sekolah.
Sebagai perbandingan, masalah segel-menyegel ini pun dihadapi oleh Pemda Malaka beberapa waktu lalu.Â
Masalah ini timbul sebagai buntut dari tidak terakomodirnya anak-anak para pemilik tanah yang menghibakan tanah mereka kepada pemerintah dengan sistem barter: " Saya menyerahkan tanah tetapi anak-anak atau anggota keluarga saya harus diberi pekerjaan".
Akan tetapi masalah itu diatasi dengan cepat karena Bupati Malaka saat itu sendiri turun menemui masyarakat yang tidak puas tersebut.
Kini hal yang sama terjadi di Belu. Hanya sampai dengan saat ini pemerintah daerah Belu belum mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan masalah ini.
Sejak disegel kemarin, anak-anak dan guru-guru tidak bisa masuk ke sekolah  sampai dengan hari ini.
Pintu gerbang sekolah masih tetap tersegel disertai dengan tulisan sekolah ini disegel.
Tersegelnya sekolah tersebut membuat aktivitas belajar-mengajar di sekolah tersebut secars otomatis pun terhenti.
Bahkan kepada anak-anak yang dirumahkan, guru-guru hanya berpesan bahwa untuk sementara KBM tidak berjalan sampai masalah ini diselesaikan.