Di tengah riuhnya puja puji dari dalam negeri maupun luar negeri terhadap nyali dan keberanian Presiden Jokowi membawa misi damai ke Ukraina dan Rusia, ada satu orang yang rupanya keberatan terhadap semua itu. Dia adalah pengeritik abadi Pak Jokowi, Rocky Gerung.
Menarik bahwa Bang RG, sejak kehadirannya di panggung politik tak sekalipun mengapresiasi apa yang dilakukan oleh pemerintah. Kerena menurutnya, semua keberhasilan yang sudah dicapai pemerintah memang sudah seharusnya dilakukan.
Barangkali menurut RG, pemerintah harus terus diberi kritik agar tidak pernah "melonggarkan ikat pinggangnya" dalam usaha untuk menyejahterakan dan memberikan kemerdekaan yang sesungguhnya kepada rakyatnya.
Dan Indonesia bersyukur memiliki orang seperti ini. Seorang yang selalu berpikir out of the box. Saat orang lain berpikir A, dia sebaliknya berpikir tentang bukan A. Saat orang lain berpikir tentang keberhasilan, dia berpikir tentang kemungkina-kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.
Mengikuti perbincangan dan arah berpikir RG memang mengasikan. Kita akan disodorkan berbagai antitesis dari semua hal yang kita anggap wajar dan sudah seharusnya.
Bagi seorang RG, semua kemajuan dan keberhasilan yang telah dicapai pemerintah saat ini bukanlah prestasi. Toh, pemerintah melakukan kewajibannya.
Presiden Jokowi pun sudah seharusnya menyampaikan terima kasih kepada Bang RG. Analisisnya tajam dan memang konsisten sejak pertama kali tampil di depan publik. Konsistensinya sebagai pengeritik Pak Jokowi memang pantas diajungi jempol.
Mengapa Pak Jokowi harus berterima kasih kepada RG? Ya, dia adalah pengeritik abadi Presiden Jokowi. RG ibaratnya cermin bagi Jokowi. Bila ingin melihat sisi yang negatif dari pemerintah, bercerminlah pada RG. Begitulah kira-kira manfaat dari seorang RG.
Bayangkan saja, di tengah puja puji dunia terhadap Jokowi, RG tetap mempunyai celah untuk berpikir sebaliknya. Ia menganggap Presiden Jokowi belum mempunyai kapasitas menjadi diplomat ulung. Menurut Bang RG, kapasitas diplomasi presiden Jokowi sangat rendah.
RG menganggap misi perdamaian yang dibawa Presiden akan sia-sia sebab Indonesia tidak mempunyai cukup legitimasi untuk menjadi penengah antara Ukraina dan Rusia. Dan lebih agak sarkastik, RG mengatakan bahwa Presiden Jokowi memang tak dianggap di luar negeri.
Bagi RG, kalau hanya sekedar untuk ketokohan maka presiden cukup mengutus JK atau SBY yang katanya sudah sangat berpengalaman dalam hal berdiplomasi dan sudah terbukti ketokohannya.
Menurut Sang Akademisi dan pengamat politik ini, kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia hanya akan menimbulkan keheboan di dalam dan di luar negeri. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa kunjungan tersebut hanya dibuat untuk pencitraan saja.
Lalu apa kenyataannya sesuai dengan apa yang disampaikan Bang RG?
Mari kita kupas satu persatu. Ketika presiden hadir dalam forum negara-negara maju yang tergabung dalam G7, Presiden Jokowi mendapat tempat istimewa.
Lihat saja bagaimana akrabnya Jokowi dengan Boris Johnson dan Biden. Begitu pula dengan pemimpin lainnya, misalnya Konselir Jerman, dan seterusnya.
Dalam sesi foto bersama Jokowi bahkan berdiri di depan bersama-sama dengan Biden. Lalu dimana letak "tak dianggapnya" Jokowo di depan pemimpin-pemimpin negara maju tersebut.
Dalam kunjungannya ke Ukraina, Zelensky menyambutnya dengan hangat. Begitu pula ketika bertemu dengan Putin. Semuanya berkomitmen untuk secara bersama-sama mewujudkan perdamaian. Di samping itu, ada komitmen bersama-sama pula untuk menyelesaikan masalah-masalah besar yang dihadapi dunia saat ini.
Bagaimana menanggapi apa yang disampaikan oleh RG?
Sebenarnya untuk menjawab kritikan yang disampaikan oleh para pengeritik seperti RG, kontra narasi menjadi kurang efektif. Kalau dia senang berkata-kata, maka jawaban kita cukup dengan tindakan nyata.
Kata-kata baru akan berdaya dan berenergi dahsyat bila dikonversikan menjadi perbuatan dan tindakan nyata.
Bila kita hanya cuma berkata-kata dan berpendapat, mungkin kita akan dilabeli dengan sebutan orang yang cuma "omdo" ( omong doang).
Meski demikian, melihat konsistensi Bang RG yang terus mengeritik dan tidak memberikan sedikit pun ruang untuk mengapresiasi Presiden Jokowi, kita patut menganjungi jempol.
Kita lihat saja, misalnya Refly Harun, Beni K. Harman, Fadly Son, Said Didu, Rizal Ramly dan beberapa tokoh oposisi lain yang hilang muncul dalam memberi kritik kepada pemerintah, Rocky Gerung konsisten.
Ia tetap hadir dengan berbagai kontra narasinya terhadap progres kemajuan pemerintah yang kadang-kadang menjengkelkan dan menaikan tensi darah.
Sang Filsuf ini benar-benar menggunakan cara-cara berpikir dalam berfilsafat untuk memberi kritik yang tanpa kita sadari sebenarnya adalah sebuah masukan yang sangat berharga untuk membuat kemajuan lebih lanjut.
Ibaratnya, kata-kata RG adalah cambuk yang terus melecut kuda agar berlari semakin kencang untuk mencapai garis finis.
Hadirlah terus Bang Rocky Gerung. Meskipun hanya bisa berkata-kata tanpa mewujudkannya menjadi tindakan atau perbuatan, tapi kami tetap membutuhkanmu.
Anggap saja, kau adalah cambuk yang terus melecut Pak Jokowi untuk terus bergerak menjadikan Indonesia semakin maju dan disegani dunia.
Salam hormat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H