Menurut Sang Akademisi dan pengamat politik ini, kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia hanya akan menimbulkan keheboan di dalam dan di luar negeri. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa kunjungan tersebut hanya dibuat untuk pencitraan saja.
Lalu apa kenyataannya sesuai dengan apa yang disampaikan Bang RG?
Mari kita kupas satu persatu. Ketika presiden hadir dalam forum negara-negara maju yang tergabung dalam G7, Presiden Jokowi mendapat tempat istimewa.
Lihat saja bagaimana akrabnya Jokowi dengan Boris Johnson dan Biden. Begitu pula dengan pemimpin lainnya, misalnya Konselir Jerman, dan seterusnya.
Dalam sesi foto bersama Jokowi bahkan berdiri di depan bersama-sama dengan Biden. Lalu dimana letak "tak dianggapnya" Jokowo di depan pemimpin-pemimpin negara maju tersebut.
Dalam kunjungannya ke Ukraina, Zelensky menyambutnya dengan hangat. Begitu pula ketika bertemu dengan Putin. Semuanya berkomitmen untuk secara bersama-sama mewujudkan perdamaian. Di samping itu, ada komitmen bersama-sama pula untuk menyelesaikan masalah-masalah besar yang dihadapi dunia saat ini.
Bagaimana menanggapi apa yang disampaikan oleh RG?
Sebenarnya untuk menjawab kritikan yang disampaikan oleh para pengeritik seperti RG, kontra narasi menjadi kurang efektif. Kalau dia senang berkata-kata, maka jawaban kita cukup dengan tindakan nyata.
Kata-kata baru akan berdaya dan berenergi dahsyat bila dikonversikan menjadi perbuatan dan tindakan nyata.
Bila kita hanya cuma berkata-kata dan berpendapat, mungkin kita akan dilabeli dengan sebutan orang yang cuma "omdo" ( omong doang).
Meski demikian, melihat konsistensi Bang RG yang terus mengeritik dan tidak memberikan sedikit pun ruang untuk mengapresiasi Presiden Jokowi, kita patut menganjungi jempol.