Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ternyata Sampah Plastik Gampang Terurai dengan Enzim dari Hewan Ini

14 Juni 2022   17:51 Diperbarui: 14 Juni 2022   21:35 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cacing Super atau Zophobas morio, Sumber: BBC News Indonesia

Plastik masih terus menjadi musuh bersama. Bahkan dalam salah satu berita di portal berita online BBC News Indonesia disebutkan bahwa di tahun 2040 akan ada 1,3 miliar ton sampah plastik yang akan mencemari dunia.

Ini jelas-jelas sesuatu yang mengerikan. Apalagi kita tahu bersama, sampah plastik paling sulit terurai di lingkungan. Butuh 500 sampai 1000 tahun agar plastik benar-benar terurai.

Baca: Ternyata Ancaman Sampah Plastik Lebih Mengerikan daripada Perang Dunia Ke-3

Namun di tengah kekhawatiran terhadap ancaman mengerikan tersebut ada sebuah angin segar dari para peneliti yang telah menemukan 'cacing super' yang dapat mengurai plastik dengan sangat sempurna dalam waktu singkat.

Para peneliti menyebutkan bahwa sejenis larva serangga yang gemar memakan plastik bisa menjadi solusi untuk mengatasi persoalan sampah plastik yang sudah menjadi momok yang menakutkan saat ini.

Zophobas morio atau yang lebih dikenal dengan julukan cacing super adalah larva serangga yang mampu bertahan hidup dengan makan polystyrene.

Para peneliti sedang meneliti enzim yang ada di perut cacing super ini. Enzim yang ada di perut larva ini yang diyakini digunakan untuk mencerna plastik.

Beberapa enzim di dalam usus cacing super diklaim mempunyai kemampuan mencerna polystyrene dan styrene.

Keduanya umum dipakai sebagai wadah makanan dan produk seperti suku cadang mobil.

Yang menjadi subyek penelitian para ahli adalah enzim tersebut. Enzim inilah yang nantinya diproduksi ulang secara besar-besaran untuk mencerna sampah-sampah plastik yang ada.

Menurut sebuah riset yang dalam jurnal Microbial Genomics mengatakan bahwa plastik akan dihancurkan secara mekanis kemudian akan didaur ulang menggunakan enzim ini.

Segala usaha dan upaya terus dilakukan oleh para ahli untuk menemukan cara-cara baru untuk mengatasi sampah plastik.

Sebelumnya juga ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa kumbang dan jamur mempunyai kemampuan mencerna plastik.

Seorang peneliti bernama Samantha Jenkins secara tidak sengaja menemukan sebuah jamur yang telah memakan plastik spons yang membungkusnya, lalu menghancurkannya dan mengasimilasinya seperti makanan lainnya.

Penemuan tidak sengaja ini merupakan bagian penelitiannya terhadap beberapa jenis jamur untuk keperluan perusahan dimana ia bekerja.

Pengembangan jamur ini bisa juga berpotensi membantu mengurai sampah plastik.

Selain itu ada juga sejumlah bakteri yang diyakini bisa mengurai plastik, yaitu bakteri E. Coli versi rekayasa yang mampu mengubah asam tereftalat, salah satu bahan pembuat PET yang merupakan bahan dasar untuk membuat botol minuman plastik dan wadah makan dan mengurainya menjadi vanilin yang biasanya dipakai sebagai penyedap rasa makanan.

Bakteri lain yang juga bisa mengurai plastik adalah Pseudomonas sp.TDA1 yang mengurai polyurethane menggunakan enzim.

Ada tim peneliti yang  sekarang tengah melakukan analisis genom bakteri dengan tujuan mengidentifikasi gen tertentu yang menyusun kode enzim ini.

Teknologi enzim diyakini oleh para peneliti sangat berguna karena memerlukan sedikit energi.

Selain karena bisa dibagi-bagi ke dalam unit-unit yang kecil, maka bisa dioperasikan di daerah-daerah terpencil dan jauh dari wilayah yang padat penduduknya sehingga jejak karbon bisa ditekan seminim mungkin dan tidak memberi dampak negatif bagi lingkungan.

Penemuan-penemuan ini adalah langkah maju untuk mengatasi masalah sampah plastik.

Akan tetapi salah satu cara terbaik untuk menghindari terjadinya penumpukkan sampah plastik yaitu dengan berhenti memproduksi plastik.

Penemuan enzim dari cacing super maupun bakteri Pseudomonas sp untuk mengurai sampah plastik, atau bakteri E. Coli juga tidak akan berdampak apa apa bila manusia terus memproduksi plastik.

Penemuan-penemuan itu adalah cara mencegah agar keadaan dunia sekarang yang sementara darurat sampah plastik, tidak berlangsung terus-menerus dan membawa konsekuensi yang buruk bagi manusia.

Apabila plastik terus diproduksi dan permintaan pasar pun tetap tinggi, maka semua perkiraan tentang penumpukan sampah plastik di tahun 2040 atau 2050 bukanlah isapan jempol belaka. Dan pasti akan menjadi kenyataan yang tidak bisa kita hindari.

Ini memang akan jadi dilema sendiri bagi industri yang bergerak di bidang produksi plastik.

Baca: Dilema Para Pengusaha Air Kemasan dan Isi Ulang Galon

Namun, cara berpikir seperti itu hendaknya kita singkirkan. Sebab berbicara tentang sampah plastik, bukan sekedar berbicara tentang masalah segelintir orang. Ini masalah seluruh dunia dimana di sana ada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Kita tidak menghendaki semua yang ada saat ini suatu saat musnah oleh karena kecerobohan dan kelalaian kita yang menyebut diri makhluk paling mulia di atas bumi ini.

Sekali lagi, semua penemuan yang telah diungkap di atas hanyalah merupakan jawaban alam atas keluhan kita selama ini.

Tetapi bila penemuan-penemuan tersebut menjadikan kita semakin serakah untuk memakai plastik secara lebih masif dari sebelumnya, maka alam pasti mempunyai cara untuk menyeimbangkan dirinya lagi. Dan jangan salahkan alam bila spesies manusialah yang jadi korbannya.

Salam sehat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun