Sekolah swasta yang unggul biaya sekolahnya sangat mahal. Tentu, tidak semua anak masuk ke sana. Peluang itu hanya mungkin bagi anak-anak dari kalangan kelas atas. Sedangkan anak-anak dari keluarga-keluarga kurang mampu yang tidak diterima di sekolah negeri pasti larinya ke sekolah-sekolah swasta non unggulan.
Pertanyaan, apakah hanya anak-anak orang berduit yang berhak mendapat pendidikan yang terbaik.Â
Apakah kemerdekaan bangsa ini hanya bagi mereka yang kaya?
Ini jelas sebuah bentuk ketidakadilan dari negara terhadap warga masyarakatnya.
Padahal katanya negara kita berazaskan Pancasila, di mana sila kelimanya mengatakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan dikotomi ini sekolah-sekolah swasta non unggulan berada di ujung tanduk.
Keberadaan sekolah swasta non unggulan memang sungguh dilematis. Minimnya perhatian pemerintah ditambah pengelolaan yayasan yang amburadul dan manajemen pendidikan yang morat-marit menambah kesengsaraan mereka.
Pendapatan mereka bersumber dari SPP siswa setiap bulan. Itu pun tidak bisa dipatok tinggi atau mahal. Sebab bila dipatok tinggi sudah pasti siswa-siswa akan lari semuanya ke sekolah negeri.
Nasib guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah swasta tersebut sungguh memprihatinkan.Â
Gaji yang kecil membuat mereka sengsara. Padahal tugas mereka sama dengan mereka yang digaji oleh pemerintah, yaitu mencerdaskan anak bangsa.