Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kalah dari Thailand di Semifinal SEA Games 2021, Indonesia Cetak Sejarah

19 Mei 2022   21:14 Diperbarui: 20 Mei 2022   10:14 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thailand vs Indonesia di semifinal sepak bola putra SEA Games 2021, Sumber: tribunnews.com

Gagal melaju ke Final Cabang Sepak bola Putra SEA Games 2021, Indonesia cetak sejarah.

Pesta olahraga Asia Tenggara, SEA Games 2021 Vietnam sebenarnya sudah dilangsungkan tahun lalu tapi karena masih terkendala pandemi, baru bisa dimulai tahun ini (2022).

Dalam cabang sepak bola putra dari beberapa tahun lalu hingga saat ini, Indonesia selalu gagal bila bertemu Thailand.

Seperti yang terjadi sore hingga malam ini. Indonesia akhirnya harus kembali takluk di fase knock out di cabang sepak bola putra oleh Thailand 1-0.

Indonesia memang mempunyai pengalaman buruk saat menghadapi Thailand.

Tahun lalu Indonesia harus takluk dari Thailand di Piala AFF dan menjadi runner up.

Tim Gajah perang selalu superior terhadap Indonesia.

Dari 18 kali tampil di putaran final SEA Games, Indonesia cuma 2 kali juara, sedangkan Thailand menjuarai atau memperoleh medali emas cabang sepak bola putra ini sebanyak 16 kali.

Indonesia meraih medali emas di cabang sepak bola SEA Games pada tahun 1987 saat menjadi tuan rumah dan 1991 ketika SEA Games dihelat di Philipina.

Negara kita adalah negara yang paling banyak masuk putaran final. Tetapi juga paling sedikit mengoleksi medali emas untuk sepak bola cabang putra di SEA Games.

Pelatih Thailand Alexandre Polking sebelumnya diberitakan berbagai media online, menyanjung-nyanjung tim Garuda muda. Tetapi pujian itu semacam kata-kata klise agar para pemain kita jumawa dan terlena.

Shin Tae-yong mempunyai tugas berat ke depannya bila masih terus dipertahankan menjadi pelatih timnas. Pasalnya satu pekerjaan berat yang belum dituntaskannya yaitu pembenahan mental pemain.

Selain itu, Sang arsitek bola asal Korsel ini mesti membebaskan diri dari kepentingan-kepentingan polits dari para penguasa dalam sepak bola.

Shin Tae-yong harus bisa membedakan mental pemain Indonesia dengan pemain Korea Selatan, sehingga bisa meramunha menjadi senjata yang ampuh.

Shin Tae-yong harus kembali kalah dari Alexander Poltkin, pelatih berdarah Brazil yang membidani permainan pemain-pemain Thailand. 

Sekedar membangkitkan kembali memori informatif kita bahwa pelatih yang sama itulah yang telah mengantarkan Thailand merebut piala AFF 2020 dengan membantai Indonesia  di final dengan sistem permainan tandang-kandang.


Jalannya pertandingan malam ini

Pada babak pertama kedua tim bermain dengan seimbang. Kedudukan Indonesia-Thailand di babak pertama masih 0-0.

Kedua tim masih sangat berhati-hati. Beberapa peluang diperoleh tim Garuda, meskipun masih gagal.

Kehati-hatian ini wajar sebab ini adalah fase gugur di mana tim yang kalah langsung out.

Memasuki pertandingan babak kedua, para pemain kedua tim masih saling menjajaki kekuatan lawan. Meskipun Thailand unggul dalam penguasaan bola.

Thailand bahkan sudah berani menerapkan garis pertahanan yang lebih tinggi di babak kedua ini dan membuat tekanan lebih kepada para pemain Indonesia.

Para pemain Thailand begitu bebas memainkan bola dan selalu memborbadir  pertahanan kita.

Thailand dengan sangat berani melakukan pengepungan terhadap pertahanan Indonesia.

Sementara anak-anak asuh  Shin Tae-yong lebih banyak melakukan umpan-umpan panjang yang terbukti tidak efektif karena selalu direbut pemain lawan. Selain itu para pemain kita pun seringkali banyak melakukan salah umpan.

Namun tidak berarti kita tidak mempunyai peluang. Sebenarnya kebangkitan Indonesia sudah mulai terlihat di 15 menit menjelang akhir babak kedua.

Tetapi beberapa peluang emas yang diperoleh tim garuda muda selalu digagalkan oleh Kawin, penjaga gawang Thailand.

Sampai selesai babak kedua, kedudukan kedua tim masih imbang. Dengan kedudukan ini memaksa kedua tim melaju ke babak tambahan waktu.

Barulah di 5 menit babak tambahan waktu tercipta sebuah gol untuk tim lawan. Weerathep Pomphan langsung menghujam gawang Indonesia dengan tendangan kaki kanan yang keras setelah memanfaatkan kesalahan para pemain bertahan kita dalam mengantisipasi bola umpan. 

Indonesia akhirnya harus tertinggal 1-0 dari Thailand. Dan gol ini merupakan satu-satunya gol yang tercipta pada pertandingan ini.

Di babak kedua tambahan waktu tidak terjadi gol tetapi beberapa provokasi yang dilakukan pemain Thailand menghasilkan 3 kartu merah untuk Indonesia dan 1 kartu merah untuk Thailand.

Ini merupakan sebuah kerugian sebab Indonesia masih sekali lagi bertanding memperebutkan medali perunggu menunggu hasil pertandingan Vietnam vs Malaysia.

Dengan terhentinya Indonesia di semifinal ini ada sebuah sejarah yang tercipta. Sejak 1991 Indonesia tidak lagi memperoleh medali emas di cabang sepak bola Putra.

Mungkin julukan sebagai tim spesialis runner up belum bisa dipatahkan beberapa waktu ke depan kalau sistem persepakbolaan kita tidak dibenahi.

Salam olah raga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun