Dunia masih gonjang-ganjing dengan pandemi Covid-19 ketika ada laporan masuk ke WHO tentang satu penyakit baru yang disebut hepatitis akut.
Penyakit ini bukanlah sebuah penyakit yang baru. Penyakit ini disebut hepatitis akut karena mempunyai gejala yang mirip dengan hepatitis. Akan tetapi penyebab pastinya belum diketahui sehingga masih bersifat misterius.
Hasil pemeriksaan laboratorium di beberapa negara Eropa, mendeteksi tidak ditemukannya virus hepatitis A, B, C, D, dan E yang menjadi penyebab penyakit tersebut dari para pasien.
Di Indonesia sendiri, ada tiga pasien anak yang dirawat RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta yang diduga menderita penyakit misterius ini. Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Dalam dua pekan terakhir Kementerian Kesehatan telah meningkatkan kewaspadaannya setelah WHO menyatakan kasus hepatitis akut ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022.
Secara keseluruhan kasus hepatitis misterius ini masih dianggap tidak diketahui dan masih dalam tahap penyelidikan aktif.
Pengujian laboratorium masih terus dilakukan untuk kemungkinan terjadinya infeksi tambahan, adanya bahan kimia, dan racun pada kasus yang telah teridentifikasi.
Diberitakan Tempo.co bahwa dalam sampel kasus dari Alabama, AS ditemukan keberadaan adenovirus yaitu sekelompok besar virus yang dapat menginfeksi variasi luas hewan juga manusia.Â
Para ilmuwan dan para dokter yang memerikas sampel tersebut menamai kelompok virus ini sebagai adenovirus sesuai dengan nama jaringan di mana virus-virus ini pertama kali berhasil diisolasi yakni adenoids atau amandel.
Adenovirus umumnya menyebabkan penyakit ringan pada manusia. Sementara itu yang berasosiasi dengan mewabahnya hepatitis akut pada anak-anak saat ini adalah adenovirus subtipe 41.
Gejala-gejala klinis yang ditunjukkan oleh hepatitis akut tersebut antara lain, peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) akut, diare, muntah-muntah, dan sakit perut. Pada penderita lain ditemukan pula gejala gangguan pernapasan atas.Â
Setelah tiga hingga sepuluh hari, urin menjadi gelap dan feses menjadi pucat. Kemudian penyakit kuning akan berkembang menjadi semakin parah sebagai akibat dari rusaknya organ hati sehingga tidak dapat mengeluarkan kelebihan bilirubin dari dalam darah.
Para pekerja medis diingatkan agar sensitif dalam tes adenovirus untuk tipe spesimen yang berbeda.
Belajar dari Pandemi Covid-19 yang masih terus menghantui dunia hingga saat ini, maka beberapa hal ini perlu menjadi awasan dan perhatian kita bersama.
Pertama, Waspada akan adanya sugesti berlebihan. Menjadi waspada sangat penting. Apalagi ini adalah penyakit misterius yang belum ditemukan penyebab pastinya.
Namun yang harus menjadi perhatian kita adalah jangan sampai kewaspadaan itu membuat kita tidak waspada terhadap berbagai hoax yang diciptakan oleh media.
Karena itu, Kementerian Kesehatan harus menjadi garda terdepan dan corong negara untuk rakyat. Berikanlah informasi yang terpercaya dan yakinkan masyarakat agar tidak lekas terprovokasi oleh berita-berita hoax yang bertujuan menimbulkan kecemasan berlebihan di tengah masyarakat.
Memang benar, penyakit baru yang diklaim sebagai hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini sungguh mengkhawatirkan. Penyakit ini adalah penyakit menular. Karena itu, perlakuan dan pencegahannya mengikuti protokol kesehatan dalam hubungan dengan penyakit menular.
Dilansir dari Halodoc, penyakit hepatitis secara umum dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hepatitis akut dan hepatitis kronis. Klasifikasi ini didasarkan pada lamanya peradangan dan akibat yang ditimbulkan gangguan hati.
Bila lama peradangan atau cedera pada hati kurang dari enam bulan, maka kondisi tersebut disebut hepatitis akut. Sedangkan, bila peradangan berlangsung lebih dari enam bulan, kondisi tersebut disebut hepatitis kronis.
Kedua, tetap tenang dan pengendalian diri sangat penting dalam situasi yang tidak pasti ini.Â
Dalam situasi seperti saat ini dengan berbagai pemberitaan yang berseliweran kita menjadi rentan terhadap berbagai berita hoax yang beredar. Karena itu selain kewaspadaan, yang dibutuhkan adalah ketenangan.Â
Tenang dalam menyikapi segala pemberitaan menjadi kunci vital agar kita tidak terbawa dalam situasi batin yang kacau. Situasi batin yang kacau balau menyebabkan orang menjadi lebih rentang terhadap berbagai penyakit yang menyerang tubuh.
Saat ini, Kementerian Kesehatan sedang berupaya menginvestigasi penyebab kejadian hepatitis ini melalui pemerikasaan panel virus secara lengkap. Karena itu sebelum ada pengumuman resmi dari Kementerian kesehatan tentang penyakit baru ini, kita sebaiknya tenang dan tidak ikut menyebarkan berita-berita hoax yang beredar.
Ketiga, Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan.
Menghadapi penyakit menular, cara terbaik yang kita lakukan adalah menghindari berbagai risiko yang memungkinkan penyakit itu menular.Â
Cara penularan penyakit hepatitis yang paling umum adalah lewat makanan atau minuman mentah atau belum sepenuhnya matang yang sudah terpapar virus.
Selain itu, perilaku kebersihan masyarakat juga memegang andil terhadap penularan penyakit ini. Misalnya tidak mencuci tangan setelah dari toilet, lalu menyentuh benda lain bisa menularkan virus ke orang lain.
Cara penularan lainnya adalah lewat transfusi darah, pemakaian jarum suntik yang tidak steril, dan berhubungan seks.
Marilah kita waspada dan tetap tenang dalam menghadapi penyakit baru ini sambil tetap memperhatikan protokol kesehatan yang masih berlaku sampai dengan saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H