Kenyataan ini mengharuskan penguasaan IPTEK yang mumpuni dan kesiapan fasilitas dan sarana prasarana yang baik.
Bagi kami yang ada Timur, ini menantang sekaligus membuat kami akan tergopoh-gopoh dan akhirnya bila tidak kuat akan tumbang.Â
Ibaratnya, pendidikan timur dan barat Indonesia itu seperti seorang bayi untuk Indonesia timur dan seorang anak berusia belasan tahun untuk Indonesia bagian barat.
Kami yang di timur harus dipaksa berlari sama kencangnya dengan barat.
Sebab itu, bila ingin agar pendidikan itu benar-benar merata, sebaiknya yang didahulukan adalah pembenahan terhadap sistem pendidikan yang masih karut marut ini.
Samakan dulu detak jantung antara timur dan barat sehingga jurang pemisah tidak semakin melebar.
Kita semua ingin kemajuan, bahkan kalau orang lain hanya berlari, kita diharapkan melesak bagaikan anak panah.
Dan yang harus menjadi catatan bersama, metaverse hanyalah sebuah cara. Karena itu tidak bisa dijadikan esensi kehidupan.
Metaverse atau metasemesta menjanjikan sebuah sistem pembelajaran yang terintegrasi kepada para siswa atau mahasiswa. Tetapi sebelum sampai ke sana, pangkas dulu disparitas timur-barat. Sehingga pada akhirnya yang ada hanya Indonesia.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H