Bukan menjadi rahasia lagi bila NTT menempati rangking tertinggi dalam soal stunting secara nasional.
Ini terlihat dari data Kemenkes yang telah merilis provinsi-provinsi dengan angka stunting tertingginya. 10 provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi tersebut antara lain, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Aceh, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.
Untuk provinsi NTT, hal ini sangatlah masuk akal karena berkorelasi erat dengan pola pikir, pola makan, dan pola asuh yang salah namun terus diwariskan turun-temurun dari nenek moyang suku-suku di NTT.
Padahal kalau mau jujur NTT tidak kekurangan pangan lokal yang bisa mencukupi kebutuhan gizi untuk orang-orang NTT.
Namun karena pola pikir yang masih terhalang oleh adat istiadat dan mitos-mitos menyebabkan masalah stunting masih terus melilit provinsi ini dari masa ke masa.
Stunting adalah suatu keadaan gangguan pertumbuhan pada anak, yang mengakibatkan tinggi badan lebih pendek dibanding anak-anak seusia yang sehat. Ini dapat terjadi saat seorang anak tidak mendapatkan asupan gizi dalam jumlah yang tepat dalam waktu yang lama.
Ini sangat dipengaruhi oleh pola makan dan pola asuh yang kadang diabaikan kebanyakan orang tua.
Berbagai upaya sudah dilakukan tetapi upaya dan usaha-usaha itu selalu terbentur dengan pola pikir masyarakat atau mind set yang belum mau berubah.Â
Yang penting bisa makan hari ini dan kenyang. Hanya itu. Gizi tidak pernah masuk dalam hitungan.
Makan sehat sabar dulu, yang penting urusan adat. Bahkan sering terdengar ada anggapan yang sangat keliru yang terlontar dari orang-orang Timor. "Mati tidak apa-apa, tapi malu jangan" kalau sudah berurusan dengan adat.Â