Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Mungkinkah Suksesor The Doctor Itu Bagnaia?

6 Maret 2022   19:29 Diperbarui: 8 Maret 2022   09:12 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Motogp-Pecco Bagnaia, Jack Miller, Jorge Martins, Fabio Quartararo, Marco Bezzecchi ( Bola.com/ Adreanus Titus)

Malam ini (6/3/2022), motogp kembali dihelat. Para rider motogp akan menggeber motor mereka di Qatar sebagai yang perdana untuk musim ini sebagaimana musim-musim yang lalu.

Ada yang menarik pada musim ini dan untuk musim-musim selanjutnya ke depan karena Valentino Rossi telah hilang dari daftar para rider motogp.

Pensiunnya The Doctor merupakan kehilangan besar bagi dunia motogp karena ia telah membawa auranya dan sebagian roh motogp pergi. Hmm, mungkin agak berlebihan ya.

Akan tetapi masih ada hiburan karena sang legenda tidak benar-benar raib tetapi masih ada anak-anak didiknya sebagai bagian dari tim VR46 di lintasan.

Ada Bagnaia dan teman-temannya yang merupakan jebolan sekolah motorgp VR46 dan tentu Rossi selalu ada di pedok bukan sebagai pembalab tetapi sebagai tim.

Sekedar flash back, saya baru benar-benar mengenal motogp ketika  tahun 1999.  

Waktu itu pengenalan saya dengan motogp hanya samar-samar. Tidak banyak pembalap yang saya tahu. Kalau dikatakan buta, saya memang buta rotal dengan apa yang disebut motogp. 

Hal inilah yang menyebabkan ketertarikan saya terhadap motogp sangat rendah. Mendengar atau membaca saja sulit apalagi menonton secara live seperti yang disiarkan oleh Trans7 atau televisi-televisi sport luar negeri.

Pada saat itu kebetulan di sekolah ada majalah sport berbahasa Inggris yang mengulas tentang motogp.

Di Majalah itu, bagian covernya terpampang foto Mick Doohan. Dengan sedikit penasaran dan bahasa Inggris yang pas-pasan saya mulai membaca isi majalah yang mengupas tentang capaian-capaian dari pembalap Australia itu. Sang pembalap begitu mendominasi motogp dengan Honda mulai dari tahun 1994 hingga 1998.

Sayangnya setelah itu dominasinya terhenti dengan cedera luka serius yang menimpanya ketika menjalani latihan menjelang motogp Spanyol. Akhirnya mahkota kejuaraan berpindah ke Alex Criville.

Tahun 1999 merupakan akhir dari kejayaan Doohan dan mulailah era Rossi.

Minat dan hobi saya menonton motogp mulai tumbuh ketika nama Rossi mulai terdengar. Nama yang mula-mula sayup-sayup, akhirnya bergaung  begitu keras sampai dengan saat ini.

Sejak itu, saya selalu mengikuti berita-berita motogp terutama Rossi dari surat-surat kabar lokal dan nasional seperti Pos Kupang dan Kompas.

Sensasi motogp sungguh terasa ketika saya mulai menontonnya secara live di televisi. Sejak tahun 2004, saya hampir tidak pernah melewati setiap serinya.

Saya mulai menikmati motogp dan Rossi.  Tahun 2004 saya menikmati persaingan Rossi dengan Sete Gibernau. Walaupun bersaing ketat dengan Rossi, tetapi Gibernau akhirnya harus puas sebagai runner up di akhir musim. Rossi masih terlalu tangguh untuknya meskipun dengan tunggangan yang berbeda.

Di tahun 2005, Rossi berhasil mengalahkan Melandri dan sekali lagi memenangkan musim itu untuk mengukuhkan dirinya sebagai seorang legend hidup motogp.

Ketertarikan pada motogp terbilang sudah mulai tinggi-tingginya. Kalau dibilang penggemar fanatik Rossi, mungkin saya adalah salah satunya. Karena setiap kali ada live motogp, saya selalu bilang nonton Rossi bukan nonton motogp.

Setiap balapan yang dimenangkan Rossi menimbulkan suatu perasaan senang yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sebaliknya kalau dia kalah, maka rasanya balapan itu hambar. Mungkin saking fansnya terhadap Rossi.

Ketika tahun 2006, balapan terakhir di Valencia untuk musim itu, perasaan hambar itu sungguh terasa. Pembalab andalanku akhirnya harus kalah 5 poin dari Nicky Hayden yang menjuarai grand prix musim itu.

Mengikuti live motogp memang memiliki sensasi yang berbeda.

Saya begitu menikmati persaingan Rossi dengan Dani Pedrosa. Saya juga menikmati persaingannya dengan Stonner.

Saya pun menikmati persaingannya dengan Lorenzo, baik itu di lintasan maupun di luar lintasan lewat media-media sport yang khusus mengulas tentang motogp.

Ketika Marquez naik ke motogp dan membuat gebrakan dengan langsung memenangkan kejuaraan motor sport kasta tertinggi itu, dalam hati saya membathin apakah ini akan menjadi akhir karier Rossi di motogp?

Pada tahun 2015 sebenarnya ia yang pantas merebut kembali gelar itu dari Marquez jika saja  si Baby Alien tidak "bermain kotor".

Rossi juga manusia yang punya kemarahan di dalam dirinya. Akibat dari perseteruan itu menyebabkan Lorenzo memenangi musim itu. The Doctor kehilangan kesempatan emasnya merengkuh gelar ke-10 nya.

Sejak itulah gelar ke-10 untuk Rossi hanyalah sebatas mimpi yang tidak pernah jadi kenyataan. Usaha dan upaya keras tetap ada. Buktinya ia tetap runner up beberapa kali.

Saya menyukai semua pembalab motogp. Akan tetapi itu hanya sebatas pada rasa suka dan belum sampai pada fans fanatik seperti pada Rossi.

Namun kejayaan seseorang selalu dibatasi oleh waktu. Begitu pun Rossi. Usia yang terus bertambah menggerus kekuatan dan stamina sang legenda.

Akhirnya musim 2021 menjadi musim terkahirnya menggeber tunggangan besi yang telah ditungganginya sudah dari usia muda. Keputusan bulat diambilnya. Gantung helm dan memilih untuk mengurus keluarga kecilnya adalah pilihan terbaik The Doctor.

Akan tetapi, dunianya masih berkisar di motogp. Rossi masih memiliki Tim VR46 yang harus diurusnya.

Kini setelah pensiun, pertanyaan besarnya adalah siapa suksesor The Doctor berikutnya. Melihat dominasi para pembalab satu dasarwarsa terakhir antara Spanyol dan Italia, kayaknya tidak berlebihan bila penerus Rossi bisa dari dua negara ini.

Marquez bisa jadi. Tetapi cedera yang terus menderanya membuat orang masih ragu, akankah ia menjadi susksesor Rossi.

Fabio Quartararo juga bisa. Tetapi konsistensinya sebagai sang juara masih harus dibuktikan musim ini.

Morbidelli pun bisa. Akan tetapi anak didik VR46 itu belum mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sejauh ini.

Ada satu anak muda potensial lain yang digadang-gadang menjadi the next Rossi. Dia adalah Francesco Bagnaia.

Walaupun belum juara, namun posisi runner up musim lalu dan konsistensinya di atas kuda tunggangannya memberikan harapan dan angin segar untuk dunia motogp setelah mentor dan seniornya pansiun.

Semoga musim 2022, tajinya sebagai pembalab bertalenta seperti gurunya Valentino Rossi bisa dibuktikan.

The Doctor sendiri senang ketika membulatkan tekadnya untuk pensiun karena melihat kecermelangan kedua anak didiknya Morbideli dan Bagnaia. Menurutnya, Kedua anak didiknya itu sedang berjalan menuju kesuksesan.

Tetapi melihat kemajuan yang ada sampai dengan musim lalu, "suksesor"  the Doctor lebih tepat disematkan kepada Bagnaia.

Bagnaia saat ini menjadi pembalab on- fire. Dia masih menjadi kandidat kuat menjuarai kasta tertinggi motor sport ini.

Walaupun dalam beberapa kesempatan, Bagnaia selalu merendah ketika ia dikonfirmasi bakal jadi suksesor mentornya itu. Ia merasa agak sulit untuk bisa menggapai capaian gurunya tersebut.

Musim motogp 2022 resmi mulai malam ini di Qatar.

Walaupun start dari posisi posisi 9 di balapan nanti, namun segala sesuatu bisa saja terjadi di atas lintasan. Bagnaia patut diperhitungkan.

Welcome motogp 2022 without the Doctor. Tapi tenang ada Bagnaia di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun