Sayangnya setelah itu dominasinya terhenti dengan cedera luka serius yang menimpanya ketika menjalani latihan menjelang motogp Spanyol. Akhirnya mahkota kejuaraan berpindah ke Alex Criville.
Tahun 1999 merupakan akhir dari kejayaan Doohan dan mulailah era Rossi.
Minat dan hobi saya menonton motogp mulai tumbuh ketika nama Rossi mulai terdengar. Nama yang mula-mula sayup-sayup, akhirnya bergaung  begitu keras sampai dengan saat ini.
Sejak itu, saya selalu mengikuti berita-berita motogp terutama Rossi dari surat-surat kabar lokal dan nasional seperti Pos Kupang dan Kompas.
Sensasi motogp sungguh terasa ketika saya mulai menontonnya secara live di televisi. Sejak tahun 2004, saya hampir tidak pernah melewati setiap serinya.
Saya mulai menikmati motogp dan Rossi. Â Tahun 2004 saya menikmati persaingan Rossi dengan Sete Gibernau. Walaupun bersaing ketat dengan Rossi, tetapi Gibernau akhirnya harus puas sebagai runner up di akhir musim. Rossi masih terlalu tangguh untuknya meskipun dengan tunggangan yang berbeda.
Di tahun 2005, Rossi berhasil mengalahkan Melandri dan sekali lagi memenangkan musim itu untuk mengukuhkan dirinya sebagai seorang legend hidup motogp.
Ketertarikan pada motogp terbilang sudah mulai tinggi-tingginya. Kalau dibilang penggemar fanatik Rossi, mungkin saya adalah salah satunya. Karena setiap kali ada live motogp, saya selalu bilang nonton Rossi bukan nonton motogp.
Setiap balapan yang dimenangkan Rossi menimbulkan suatu perasaan senang yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sebaliknya kalau dia kalah, maka rasanya balapan itu hambar. Mungkin saking fansnya terhadap Rossi.
Ketika tahun 2006, balapan terakhir di Valencia untuk musim itu, perasaan hambar itu sungguh terasa. Pembalab andalanku akhirnya harus kalah 5 poin dari Nicky Hayden yang menjuarai grand prix musim itu.
Mengikuti live motogp memang memiliki sensasi yang berbeda.