Ini pun menarik. Bila ini benar-benar terjadi, maka ini akan menjadi kelangkaan untuk yang kesekian kali setelah sebelumnya sempat langka BBM, lalu menyusul kelangkaan cabe dan kelangkaan bawang.
Baru-baru ini, minyak goreng juga langka. Sekarang mau lagi tahu dan tempe.
Fenomena apa sebenarnya yang terjadi dengan kita. Kita mesti menemukan benang merahnya agar kelangkaan-kelangkaan semacam ini tidak boleh terjadi lagi di masa depan.
Saya pikir, kelangkaan tahu tempe ini tidak boleh terjadi. Saya sependapat dengan Rahmat Gobel bahwa pemerintah tidak boleh berdiam. Langkah-langkah strategis perlu diambil.
Untuk jangka pendek, carilah solusi untuk menstabilkan harga kacang kedelai agar bisa dijangkau oleh para pengusaha dan pengrajin tahu tempe.Â
Jangka panjangnya, pemerintah melalui kementerian pertanian harus bekerja serius manata pertanian kita agar  swasembada terhadap Kacang Kedelai seperti yang didengungkan beberapa tahun lalu itu bisa terwujud.
Mulai dengan memberikan perhatian serius kepada para petani kacang kedelai kita. Bayangkan dari kebutuhan kacang kedelai 2,8 ton per tahun, petani kita hanya bisa memenuhi 800.000 ton. Sedikit sekali dan memang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang import.
Sebenarnya ini adalah market yang besar bagi petani kacang kedelai kita. Hanya sekarang tinggal bagaimana pemerintah mendampingi dan memberikan perhatian serius untuk sektor pertanian yang satu ini.
Tempe dan Tahu milik kita, kacang kedelai juga harus milik kita. Jangan tempe dan tahu milik kita tetapi kacang kedelai milik Amerika Serikat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H