Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Vicky Prasetyo dan Kalina Okctarani dan Cermin Pers dan Media Digital Nasional: Sebuah Refleksi tentang Peran Media Digital di HPN 2022

10 Februari 2022   05:49 Diperbarui: 10 Februari 2022   07:29 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beritanya sebetulnya sama saja. Judulnya saja yang berubah dari saat ke saat.

Media digital sangat tahu apa keinginan pembaca. Vicky Prasetyo yang dikenal sebagai buaya karena sering gonta-ganti pasangan hingga diketahui menikah sampai 24 kali diulang-ulang dalam pemberitaan. Nilai apa yang dapat diambil dari seorang Vicky dengan julukan sang gladiator ini dalam pemberitaan-pemberitaan itu?

Sekali lagi, nothing dan nothing. Walaupun demikian jari kita selalu tergerak untuk meng-klik beritanya. 

Dewasa ini,  media digital memainkan peran yang cukup vital bagi banyak orang. Dari sana orang belajar banyak hal mulai dari yang paling penting sampai pada yang bernilai nothing. Orang meneropong dunia melalui media digital.

Hal ini ditunjang pula dengan perkembangan dunia digital yang semakin menggila saat ini. Media-media cetak perlahan-lahan beralih ke media digital yang menawarkan kecepatan mewartakan peristiwa dan kejadian dari semua belahan dunia.

Ini adalah adventage yang kita peroleh masa kini. Namun, kemajuan menggembirakan ini mendatangkan pula tantangan yang tidak sedikit.

Tantangan yang dihadapi media digital adalah keakuratan berita dan rating.

Kejar tayang dan rating menjadikan pers dan media digital cenderung kehilangan kualitas dan hanya mementingkan kuantitas.

Apa yang disinggung Pak Agus Sudibyio dalam media Kompas cetak, Selasa, 8/2/2022 tentang tabloidisasi pemberitaan media dalam kolom opini, memang patut mendapat perhatian serius.

Menurut mas Agus yang adalah anggota Dewan Pers dan dosen ATVI Jakarta ini, media digital lebih mementingkan egonya mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari pemberitaannya sehingga menampilkan masalah-masalah publik secara bombastis, dengan judul-judul berita yang heboh. 

Tujuannya hanyalah mengejar rating dan juga klik pembaca yang menaikan page view.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun