Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Akhirnya Seluruh Keluargaku Memperoleh Vaksin

7 Februari 2022   14:52 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:26 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas kesehatan menyiapkan vaksin Covid-19 dosis ketiga yang akan disuntikkan kepada warga saat pelaksanaan vaksinasi booster di Denpasar, Bali, Rabu (12/1/2022)(ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)

Awal mula vaksinasi pun ada perasaan ketar-ketir. Mau vaksin atau tidak, para Nakes dan orang-orang pemerintahan menjadi prioritas utama vaksinasi karena mereka adalah pelayan publik yang setiap hari bertemu dengan orang banyak. Setelah selesai para petugas garda depan kesehatan, maka mulailah masyarakat kebanyakan.

Banyak orang masih enggan untuk vaksin termasuk saya, tetapi puskesmas-puskesmas dan rumah-rumah sakit setiap hari penuh sesak dengan orang yang ingin divaksin.

Saya dan beberapa teman yang pada awalnya menolak vaksin akhirnya luluh dengan rayuan dan "pakasaan" terus-menerus dari teman-teman untuk vaksin.

Pada akhirnya saya menerima vaksin tahap pertama. Setelah vaksin tahap pertama, sebulan kemudian saya menerima lagi vaksin tahap dua. Lengkap sudah. Katanya untuk masyarakat biasa seperti saya cukup menerima dua vaksinasi. Itu saja sudah lengkap.

Memasuki awal 2022, ada lagi yang namanya vaksin booster. Awal mulanya pikiranku langsung terarah kepada sejenis vaksin baru. 

Ternyata oh ternyata saya salah. Itu bukan jenis vaksin baru melainkan vaksin tahap ketiga untuk memperkuat lagi imun tubuh yang sudah ada. Ini lebih ampuh menangkal virus corona dan varian-variannya yang kian banyak.

Kembali lagi pada masa setelah saya lengkap menerima vaksin satu dan dua. Setelah perjuanganku melawan rasa kuatir dan cemas serta takut untuk divaksin, saat itu saya mulai memberanikan diri untuk meyakinkan orang-orang di sekitarku untuk divaksin.

Modal untuk meyakinkan mereka adalah diri saya sendiri. Saya yang semula ragu dan takut tetapi akhirnya bersedia divaksin. 

Ternyata ketakutan saya selama ini karena tersugesti dari pemberitaan-pemberitaan yang tidak benar tentang vaksin yang terus direcoki ke otak saya.

Memang ada beberapa kasus kematian akibat vaksin, namun itu mungkin disebabkan oleh penyakit bawaan yang diderita tanpa sepengetahuan orang itu.

Berkat kegigihan saya meyakinkan itulah, pada akhirnya istriku juga bersedia untuk divaksin di puskesmas terdekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun