Entah kebetulan atau barangkali ada pertimbangan di balik pemilihan tanggal 14 Februari sebagai hari pemungutan suara untuk Pemilu 2024, Â belum diketahui pasti. Tetapi yang jelas, ada alasan di balik pemilihan tanggal itu.
Ketua KPU, Ilham Saputra sendiri mengungkapkan bahwa pemungutan suara Pemilu 2024 akan dibuat pada 14 Februari. Menurut dia, tanggal tersebut akan jatuh di hari Rabu atau sama seperti hari penyelenggaraan Pemilu selama ini. Dari pernyataan ini, kita berasumsi bahwa seandainya 14 Februari 2024 tidak jatuh pada hari Rabu, maka ada kemungkinan tanggal ini tidak ditentukan sebagai hari pemungutan suara serentak akan datang.
Walaupun demikian, ada hal yang mengelitik dari pemilihan bulan dan tanggal ini pada Pemilu serentak yang akan datang.
Sebagaimana lazimnya, setiap 14 Februari juga adalah hari Valentine atau Hari Kasih Sayang. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk memeriahkan Hari Kasih Sayang ini. Kegiatan-kegiatan itu bisa dilakukan bersama pasangan, keluarga, maupun sahabat.
Kegiatan-kegitan yang berhubungan dengan hari kasih sayang itu bisa berupa beri ucapan sayang, menghadiahkan cokelat untuk orang-orang yang kita sayang, kirim bunga, tampil spesial, dan olahraga. Kalau  masih dalam pandemi seperti ini bisa juga nonton Konser virtual.
Masih banyak kegiatan lain yang dilakukan untuk mengungkapkan Kasih Sayang kita di hari Kasih Sayang ini. Lalu apa hubungannya dengan Pemilu?
Bagi saya, Pemilu itu atau lebih tepatnya Hari Pemungutan Suara sebenarnya adalah hari di mana kita melakukan senggama politis. Senggama politis ini nantinya akan membuahkan anak-anak berkualitas untuk negara dan bangsa. Â
Berkaca pada perhelatan politik yang selama ini terjadi, politik selalu dikaitkan dengan hal-hal yang negatif. Ya, benar bahwa politik sampai dengan saat ini oleh sebagian orang selalu diidentikkan dengan persaingan, perselisihan, dan dalam satu batas yang ekstrem bisa dikatakan perkelahian antara para bakal calon untuk bisa merebut posisi nomor satu. Sangat negatif, bukan?
Nah kecurigaan saya, pemilihan 14 Februari 2024 yang memang tepat jatuh pada hari Rabu  ini bisa dalam konteks mengubah negativitas politik ini ke arah yang lebih positif dalam hubungan dengan hari kasih sayang.
Barangkali ada penekanan khusus dengan pemilihan tanggal ini bahwa politik dalam pemilu itu sebenarnya adalah ungkapan kasih sayang kita untuk memilih para pemimpin yang akan menahkodai negara dengan kasih sayang pula.
Ada sedikit pemikiran naif yang muncul dalam kepala saya ketika tahu bahwa hari pemungutan suara akan terjadi pada 14 Februari 2024. Pemilu yang bertepatan dengan hari kasih sayang. Asumsi naif saya ini dapat saya lukiskan dalam bahasa luga sebagai berikut.
Ibaratnya, orang menikah. Setelah menikah tentu orang ingin segera memiliki momongan. Untuk sampai pada tahap memiliki momongan, harus ada senggama. Dalam hubungan dengan Pemilu, maka senggama yang saya maksud adalah senggama politis.
Di hari Rabu, 14 Februari 2024 kita akan mencoblos memilih Presiden dan wakil presiden serta para wakil rakyat yang terhormat. Seperti dalam pernikahan maka wujud dari kasih sayang kita pada negara, maka kita akan bersenggama dengan surat-surat suara, menanamkan satu sel sperma pada satu sel telur yang menjadi target kita. Sel sperma itu berasal dari pilihan kita yang akan membuahi satu sel telur yaitu satu paket capres/cawapres, satu anggota DPR Pusat, satu anggota DPRD Provinsi, satu anggota DPRD Kabupaten, dan satu anggota DPD. Mengapa satu-satu? Karena memang sebagai pemilih, kita hanya memiliki hak untuk memilih satu-satu dari calon itu.
Bagaimana kalau lebih? Â Itu namanya buang-buang tenaga karena suara kita akan terbakar dan mungkin juga akan menimbulkan kasus yang tidak perlu. Senggama politis itu harus mempunyai tujuan yaitu menghasilkan suatu kehidupan baru yang lebih mulia.
Senggama politis di 2024 menjadi lebih bermakna lagi karena bertepatan dengan Hari Kasih Sayang. Karena itu diharapkan menjadi kesempatan untuk menunjukkan sisi positif dari Pemilu.
Pemilu bukanlah ajang adu jotos dan gontok-gontokan antara pendukung Si A dan Si B, melainkan kesempatan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk memilih yang terbaik dari yang terbaik, apakah itu Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPRD 1, DPRD 2, maupun DPD. Para pemimpin pilihan itu yang diharapkan mampu mengangkat derajad bangsa ini ke taraf yang lebih tinggi dengan penuh kasih sayang.
Sekali lagi harapan dari senggama politis di Hari Kasih Sayang itu bukan sekedar memenuhi hasrat berkuasa para politisi. Tetapi benar-benar mampu melahirkan politisi-politisi unggul.
Yang kita harapkan adalah setelah senggama itu terbentuklah zigot-zigot yang akan bertumbuh dari saat ke saat dan matang sebagai "seorang anak manusia" kemudian akan dilahirkan. Kita tidak mengharapkan kelahiran yang prematur. Kita menghendaki sebuah kelahiran normal dari dalam rahim negara di mana di sana ada seorang Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPRD 1 dan 2, serta DPD. Mereka yang di pundaknya kita taruh harapan dan masa depan kita sebagai bangsa. Â
Kita tetap harus optimis, bahwa yang terbaik untuk bangsa ini akan datang. Senggama politis di Hari Kasih Sayang itu harus bisa membuahkan "anak" yang sehat dan kuat demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Agak berlebihan berasumsi seperti itu. Namun, memang senggama politis yang kita lakukan tepat di hari kasih Sayang di 2024 harus menghasilkan anak-anak berkualitas.
Salam Sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H