Ibaratnya, orang menikah. Setelah menikah tentu orang ingin segera memiliki momongan. Untuk sampai pada tahap memiliki momongan, harus ada senggama. Dalam hubungan dengan Pemilu, maka senggama yang saya maksud adalah senggama politis.
Di hari Rabu, 14 Februari 2024 kita akan mencoblos memilih Presiden dan wakil presiden serta para wakil rakyat yang terhormat. Seperti dalam pernikahan maka wujud dari kasih sayang kita pada negara, maka kita akan bersenggama dengan surat-surat suara, menanamkan satu sel sperma pada satu sel telur yang menjadi target kita. Sel sperma itu berasal dari pilihan kita yang akan membuahi satu sel telur yaitu satu paket capres/cawapres, satu anggota DPR Pusat, satu anggota DPRD Provinsi, satu anggota DPRD Kabupaten, dan satu anggota DPD. Mengapa satu-satu? Karena memang sebagai pemilih, kita hanya memiliki hak untuk memilih satu-satu dari calon itu.
Bagaimana kalau lebih? Â Itu namanya buang-buang tenaga karena suara kita akan terbakar dan mungkin juga akan menimbulkan kasus yang tidak perlu. Senggama politis itu harus mempunyai tujuan yaitu menghasilkan suatu kehidupan baru yang lebih mulia.
Senggama politis di 2024 menjadi lebih bermakna lagi karena bertepatan dengan Hari Kasih Sayang. Karena itu diharapkan menjadi kesempatan untuk menunjukkan sisi positif dari Pemilu.
Pemilu bukanlah ajang adu jotos dan gontok-gontokan antara pendukung Si A dan Si B, melainkan kesempatan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk memilih yang terbaik dari yang terbaik, apakah itu Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPRD 1, DPRD 2, maupun DPD. Para pemimpin pilihan itu yang diharapkan mampu mengangkat derajad bangsa ini ke taraf yang lebih tinggi dengan penuh kasih sayang.
Sekali lagi harapan dari senggama politis di Hari Kasih Sayang itu bukan sekedar memenuhi hasrat berkuasa para politisi. Tetapi benar-benar mampu melahirkan politisi-politisi unggul.
Yang kita harapkan adalah setelah senggama itu terbentuklah zigot-zigot yang akan bertumbuh dari saat ke saat dan matang sebagai "seorang anak manusia" kemudian akan dilahirkan. Kita tidak mengharapkan kelahiran yang prematur. Kita menghendaki sebuah kelahiran normal dari dalam rahim negara di mana di sana ada seorang Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPRD 1 dan 2, serta DPD. Mereka yang di pundaknya kita taruh harapan dan masa depan kita sebagai bangsa. Â
Kita tetap harus optimis, bahwa yang terbaik untuk bangsa ini akan datang. Senggama politis di Hari Kasih Sayang itu harus bisa membuahkan "anak" yang sehat dan kuat demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Agak berlebihan berasumsi seperti itu. Namun, memang senggama politis yang kita lakukan tepat di hari kasih Sayang di 2024 harus menghasilkan anak-anak berkualitas.
Salam Sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H