Soal literasi misalnya, bagaimana para siswa bisa mempunyai pemahaman yang baik terhadap literasi apabila membaca saja enggan. Mengapa demikian? Karena guru ketika mengajar di dalam kelas hanya mengikuti apa yang diperintahkan kurikulum tanpa mengeskplor lebih jauh kemampuan dan minat siswa.Â
Siwa hanya membaca pelajaran yang diajarkan guru agar bisa lulus ujian. Membaca yang seharusnya menjadi kewajiban siswa mereka abaikan.
K13 revisi pun sudah memasukan peminatan di dalam pembelajaran di kelas, tetapi menurut saya itu hanyalah samacam formalitas saja.Â
Guru mewajibkan siswa untuk memilih mata pelajaran peminatannya hanya sekedar untuk memenuhi kewajibannya sebagai siswa. Bukan berangkat dari kesadarannya yang utuh terhadap pilihannya yang nanti akan mempunyai konsekuensi untuk masa depannya.
Memang hal ini bukanlah kesalahan 100 % pada siswa. Akan tetapi kesalahan juga bukan mutlak pada guru. Kurikulum yang terus berubah membuat fokus para guru terbagi antara mengajar atau menyelesaikan administrasi kurikulum yang terus berubah dari waktu ke waktu.
Menurut saya kurikulum darurat dan kurikulum prototype ini juga akan mengalami nasib yang sama. Walaupun kebebasan diberikan sepenuhnya kepada guru untuk menggali kemampuan siswa.
Tetapi apa yang menjadi muatan dan isi kurikulum ini sangatlah positif. Kita lihat bahwa penguatan literasi akan dilakukan sejak Paud dan TK, sementara di tingkat sekolah dasar akan ada penguatan kompetensi dasar dan pemahaman holistik.Â
Di tingkat SMP akan ada penyesuaian dengan perkembangan tekhnologi digital sehingga mata pelajaran tekhnologi dan informatika menjadi wajib. Sedangkan di tingkat SMA lebih fleksibel disesuaikan dengan minat siswa karena pilihannya sudah pada level mata pelajaran dan bukannya pemintan atau penjurusan sebagaimana yang diamanatkan oleh K13 revisi.Â
Pada level SMK ada dua kelompok mata pelajaran yaitu umum dan khusus. Mata pelajaran khusus ditingkatkan porsinya dari 60% menjadi 70%. Dunia kerja dilibatkan pengembangan pembelajaran. Perubahan ini bagus. Namun perubahan ini begitu tiba-tiba dan drastis.
Bisa dibayangkan bagaimana perubahan drastis ini untuk para guru. Kurikulum ini tidak serta-merta akan jalan. Karena itu pasti akan ada banyak pelatihan lagi baik secara daring/virtual maupun luring/tatap muka.
Pola proyek akan dimulai lagi Proyek karena sudah pasti milyaran rupiah akan digelontorkan untuk mematangkan pemahaman para guru tentang kurikulum ini. Â