Semua golongan masyarakat menikmati subsidi ini, apakah itu golongan atas, golongan menengah, maupun golongan bawah. Kita tidak bergerak karena semua dana untuk pembangunan dipakai untuk menunjang program subsidi.
Lain lagi dengan eranya Jokowi. Semua dana subsudi dipangkas habisan-habisan. Dengan demikian infrastruktur bisa digenjot habis-habisan. Namun tetap kita dimanjakan karena masyarakat miskin bukannya diberi kail melainkan ikan. Daya kreatif masyarakat kecil mati.Â
Dana-dana digelontorkan untuk meningkatkan UMKM, namun apakah ada survey yang membuktikan bahwa pergerakan masyarakat naik atau turun belum bisa dibuktikan.
Belum lagi bantuan-bantuan langsung tunai (BLT) yang secara sadar atau tidak telah mematangkan mental ketergantungan yang tinggi dari masyarakat miskin kepada pemerintah.Â
Maksud dari pemerintah mungkin bagus dan mulia, akan tetapi apakah itu mendidik masyarakat atau malah meninabobokan mereka itulah yang belum pasti. Ada kesan bahwa dengan BLT dan bantuan sejenisnya, semakin banyak masyarakat miskin nyenyak dalam kesantaian dan kemalasan mereka.
Kita tahu bahwa BLT adalah program bantuan pemerintah berjenis pemberian uang tunai atau beragam bantuan lainnya, baik bersyarat maupun tak bersyarat untuk masyarakat miskin. Sedangkan subsidi adalah bentuk bantuan keuangan yang akan dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi untuk membantu masyarakat.Â
Keduanya, BLT dan subsidi, sasarannya adalah masyarakat. Yang satu langsung sampai kepada sasaran sedangkan yang lain tidak langsung sampai kepada sasaran tetapi dampaknya bisa dirasakan. Lalu apa tanggapan masyarakat terhadap kedua jenis bantuan ini? Masyarakat tentu merasa senang karena mendapat perhatian dari pemerintah. Namun kemudian muncul persoalan.Â
Persoalan yang muncul dari subsidi adalah sasaran yang hendak dituju tidak tepat sasar. Sementara BLT berakibat pada rasa ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah semakin tinggi.Â
Walaupun tepat sasar tetapi akibat data masyarakat yang masih kocar-kacir, ada masyarakat yang seharusnya menjadi sasaran penerima BLT tapi tidak mendapatkannya, bahkan ada pula pendobelan.Â
Ada orang tertentu yang bisa menerima beberapa jenis bantuan. Lalu yang muncul adalah irih hati di antara masyarakat. Ada satu orang bisa menerima beberapa bantuan apakah itu dari BPJS Ketenagakerjaan, dana desa, atau juga dari jalur Koperasi. Saya tidak tahu mengapa itu bisa terjadi. Tetapi itu fakta yang terjadi di lapangan.
Kita memang tidak bisa memungkiri bahwa pandemi telah mengoyakan sendi-sendi perekonomian masyarakat. Mereka yang paling terdampak tentunya tetap masyarakat miskin.Â