Mohon tunggu...
Sutan Dijo
Sutan Dijo Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pria

Saya tinggal di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Intoleransi dan Radikalisme Agama

23 Agustus 2018   23:59 Diperbarui: 24 Agustus 2018   00:27 3223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak masuk akal menuntut penganut agama lain untuk mengakui kitab kita sebagai firman Tuhan dan junjungan kita sebagai utusan Tuhan ; karena penganut agama lain mempunyai kitab dan junjungannya sendiri. Kitapun tidak mau dipaksa untuk mengakui kitab agama lain sebagai firman Tuhan dan junjungan orang lain sebagai utusan Tuhan.

Benturan antar kepercayaan yang terjadi karena perbedaan sudut pandang mengenai apakah yang disebut kebenaran tidak harus berujung pada permusuhan dan peperangan. Perdamaian lebih mungkin akan terjadi jika setiap pihak sadar dan mengakui bahwa setiap orang berhak untuk memilih mengikuti junjungannya masing-masing, agamanya masing-masing, kitabnya masing-masing, dan kebenarannya masing-masing.

Setiap Domba Mempunyai Gembala dan Kandangnya Masing-Masing

Agama, junjungan dan kitab suci adalah pilihan pribadi. Jika diibaratkan manusia adalah domba maka setiap orang memiliki gembalanya masing-masing. Setiap orang hanya akan mengenal suara gembalanya, suara orang lain tidak akan mereka dengarkan. Umat Budha hanya akan mendengarkan dan mengikuti Sang Budha, umat Islam hanya patuh kepada Nabi Muhammad, umat Kristiani hanya mengenal suara Yesus.

Kebebasan untuk memilih agama  dan junjungan masing-masing adalah suatu hak yang diberikan Tuhan, dengan segala konsekuensinya nanti. Pada akhirnya nanti setiap orang, masing-masing, akan mempertanggungjawabkan pilihan dan keputusannya secara pribadi di hadapan Tuhan. Tapi konsekuensi itu disimpan untuk nanti dan akan menjadi urusan pribadi antara Tuhan dan setiap orang.

Toleransi Agama dan Intoleransi Norma Universal

Di samping ada hak dan kebebasan memilih agama, ada kebenaran dan pengertian yang sifatnya universal dan menjadi norma yang ditanamkan oleh Sang Pencipta pada diri setiap orang. Norma universal ini tidak boleh dilanggar sekalipun dengan dalih kebebasan memilih. Tuhan tidak memberikan hak kepada manusia untuk memilih menjadi pencuri, perampok, pemerkosa, homoseksual, dsb, dengan alasan apapun. Intoleransi agama membawa kehancuran, toleransi kepada pelanggaran norma universal juga membawa kehancuran. Jadi perbedaan agama harus ditoleransi, dan sebaliknya pelanggaran norma universal tidak boleh ditoleransi.

Kata-Kata Emas : 

"Lakukanlah dan katakana kepada orang lain apapun yang kamu harapkan dilakukan dan dikatakan orang lain terhadap dirimu, ; jangan lakukan dan katakan terhadap orang lain apapun yang tidak mau orang lain lakukan dan katakan terhadap dirimu"

Jangan memberlakukan standar ganda. Orang yang memberlakukann standar ganda berarti menganggap sudut pandang nya sendiri adalah kebenaran yang mutlak. Orang yang demikian pada hakekatnya sudah mengangkat dirinya sebagai Tuhan, dan sudah terpapar oleh intoleransi dan radikalisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun