Mohon tunggu...
Fazrol Rozi
Fazrol Rozi Mohon Tunggu... -

Saat ini aktif mengajar di Padang :D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Jual Nilai melalui Bimbel

25 Desember 2011   01:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:47 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beri Les, Jual Buku

Tuk tambah uang saku

Tapi ku tak setuju, jadi ditaktor

Jual diktat, beli motor...


Bagi yang lahir ditahun 80an, mungkin akrab dengan potongan lirik lagu di atas. Sebuah lagu parodi "Kuingin Jadi Guru" yang dinyanyikan oleh P-Project ditahun 1996. Ketika itu, saya masih belum begitu mengerti dengan maksud liriknya, masih SD soalnya :D. Namun, saya termasuk orang yang menikmati lagu tersebut. Mereka kreatif dan lucu. :D

Sekarang, saya lebih mengerti.

Terkisahlah seorang tetangga, sebut saja namanya Putri (memang nama sebenarnya), seorang anak kelas dua SMA yang penuh cita-cita.

Putri baru menerima rapor dan ia agak tertekan. Semester lalu ia juara kelas, namun kini ia di kelas unggul, 10 besar pun tak masuk. Makanya ia sedikit lemah letih lesu loyo letoy lunglay. Yang lebih mengharukan, nilai matematika Putri "tidak tuntas" atau dibawah standar! Untuk itu Putri harus mengikuti ujian susulan.

Tentu saja istri saya sedikit kaget. Kok kaget? Karena sehari sebelum ujian, ketika les, Putri cukup menguasai materi yang akan diujiankan. Hmmm.. Kok kaget? Oh iya, Putri les privat matematika dengan istri saya. :D itung-itung tambah penghasilan, hehe.

Selidik punya selidik, ternyata, guru yang mengajar matematika dikelas Putri juga mengajar les. Sebagian besar murid belajar dengan si guru, kecuali Putri. Putri lebih memilih belajar dengan istri saya yang cantik jelita. yehaa.

Apa salahnya?

Tercium bau-bau ketidakadilan dan ketidakobjektifan. Putri kaget, beberapa orang temannya, yang seharusnya dapat nilai "tidak tuntas" di tuntaskan, kononnya ini karena mereka les dengan si guru.

Saya cukup terperangah dengan cerita ini. Apa iya seperti tiu?

Namun, dengan sigap istri saya menenangkan, kemudian menceritakan cerita yang tak jauh berbeda. Ketika ia SMA, ada juga guru yang seperti itu. Ketika les, si guru mengajarkan soal-soal yang akan dikeluarkan ketika ulangan dan ujian. Padahal SMA tempat istri saya belajar tersebut merupakan salah satu SMA unggul dikota ini.

Bahkan disekolah unggul lainnya, ada guru, ketika di kelas hanya menyuruh murid-murid mengerjakan lembar kerja siswa atau LKS. Untuk penjelasan dan pengajaran diterangkan di tempat les yang diajar oleh guru yang sama. Dan masih banyak lagi cerita lain yang serupa walau tak sama.

Dan ternyata "Ini sudah rahasia umum"

Rahasia Umum???????

Hmmmm... Nnngggg.... HHhhhhhh... fiuh... (Hela nafas)

Tapi ingat! Ini hanya ulah segelintir oknum!

Namun inilah kenyataannya, sejak dulu hingga sekarang.

Ada apakah gerangan?

Mengapa masih ada guru yang seperti ini. Gaji yang minimkah? Mungkin saja. Mari kita salahkan pemerintah beramai-ramai seperti biasa.

Tapi tunggu dulu.

***

Saya dan istri mendatangi SMK Dhuafa, sebuah SMK yang siswanya tidak dikenakan biaya sekolah atau gratis, gurunya pula bergaji minim, keadaan sekolahnya sangat sederhana, terselip diantara perumahan dikota ini.

Kami datang untuk mengecek seorang siswa yang sudah kami anggap seperti adik. Seorang siswa yang tinggal di mushola di perumahan tempat saya dan istri menetap.

Ternyata, dari penjelasan beberapa orang guru, siswa tersebut jarang masuk kelas dan tidak mengikuti ujian disemua mata pelajaran. Tentu saja kami kaget, selama ini, siswa tersebut selalu tampak pergi ke sekolah.

Saya katakan bahwa, perkara ini akan saya sampaikan kepada ketua Mushola. Namun, seorang guru tampak memelas, wajahnya iba. "Jangan dibilang kepada ketua Mushola Pak,  nanti dia tinggal dimana?".

Bahkan ketika pulang, sang guru lama menjabat tangan istri saya, juga mengingatkan hal yang sama dan meminta agar kami mengusahakan si siswa agar kembali kesekolah..

***

Di negeri ini, masih banyak guru yang peduli dan bertanggung jawab, walau dengan gaji yang pas-pasan. Bahkan ada juga yang rela mengabdi walau tanpa gaji.

Cerita Putri dan cerita guru di SMK Dhuafa di atas hanyalah segelintir dari banyak kisah. Kontradiksi yang sering terjadi di negeri ini. Semoga kita bisa lebih jeli dan peduli dengan apa yang terjadi disekeliling kita.

Fazrol Rozi

Guru,

pahlawan tanpa tanda jasa.

Tapi harus bersertifikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun