Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Ujung Hentakan Cangkul

2 Agustus 2024   21:03 Diperbarui: 3 Agustus 2024   05:38 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluar dari penginapan, saya menuju sebuah perbukitan. Searah dengan jalur menuju pos satu. Dari sini, ditemani salah satu penduduk lokal, saya melihat betapa perbuktian penuh dengan ladang holtikultura. 

Pertanyaan paling pertama ialah "kok bisa bukit-bukit ini dibuat ladang" dengan kemiringan yang ekstrem. Pada akhirnya kelogisan selalu menjadi jawaban atas pertanyaan. "Memang sudah begini keuletan dalam memanfaatkan ruang untuk bertani. Seperti halnya saudara yang ulet ketika hidup di pesisir".

Bergeser dari situ, saya menjalal hampir setiap sudut lokasi ini. Baik Gunung Sindoro maupun Gunung Sumbing. Selama tiga hari, kerjaan saya hanya berkeliling dari satu ladang ke ladang lain. Dari satu bukit ke bukit lain. Dan bercengkrama dengan petani ke petani. Saya suka membangun keakraban. Sebab lewat cerita-cerita, ada banyak hal yang bisa terungkap dan tertangkap.

Harga Pas, Tanah Dilepas

Lahan pertanian. (Dokumentasi Pribadi)
Lahan pertanian. (Dokumentasi Pribadi)
"Banyak kisah yang sebenarnya dituturkan dari sebuah pagi", begitulah makna dibalik perjalanan pagi selama di sini. Dan, saya selalu percaya, dibalik kemegahan selalu ada problem, harapan, kisah, cinta dan duka menyelimuti. Sebab-akibat fase kehidupan.

Kisah-kisah ini mengantarkan saya pada sebuah fakta yang hampir dialami semua kawasan wisata ataupun kawasan pertanian di pedesaan, yakni alih fungsi lahan. Sebuah isu yang sudah tidak asing lagi. 

"Harga pas, siap dilepas" begitu kira-kira bahasa halusnya. Sepanjang menelusuri kawasan ini, rupanya alih fungsi lahan tak terelakan. Dari beberapa diskusi, topik tentang menjual lahan tak pernah luput dari obrolan.

Dan, orang-orang tahu di mana letak tanah yang siap lepas dan siapa pemiliknya. Meski dalam peraturan pemerintah, kawasan seperti ini tidak untuk diperjualbelikan. 

Sebagai kawasan pariwisata dengan pemandangan yang eskotis, tentu perburuan untuk mendapatkan setidaknya sepetak tanah di ini lokasi masif terjadi. Saya alami ketika ditawarkan tanah di sebuah bukit eksotis. Setelah di cek, nyatanya kawasan itu tidak diperuntukan untuk HGU. 

Cerita tentang masifnya jual beli tanah di kawasan tersebut belakangan masif terjadi. Bahkan ada pihak-pihak yang berperan aktif menjadi broker mempertemukan pihak demi pihak. Kebanyakan penduduk kota yang gencar mencari lahan guna dijadikan sebagai villa atau lokasi bisnis.

Lahan pertanian. (Dokumentasi Pribadi)
Lahan pertanian. (Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun