Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kardus Cinta dari Mama

29 November 2023   22:18 Diperbarui: 29 November 2023   22:39 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dus Cinta dari Mama (dokumentasi: Ayuni)

Dus kiriman biasa kami menyebutnya. Berisi bahan berbagai macam makanan dari desa. Selama ini banyak penduduk yang tinggal di kota selalu memesan ke keluarga yang berada di Desa untuk megirimkan beberapa bahan makanan semisal pisang, jeruk hingga kenari.

Apalagi jika bahan kebutuhan pokok di Kota melejit naik atau inflasi. Pisang misalnya, satu sisir yang dijual di pasar bisa menyentuh angka 5 ribu sampai 20 ribu. Tergantung jenis pisang. Kenari? Jangan ditanya. Sekilo bisa 80 ribu sampai 100 ribu.

Maka penduduk desa selalu rajin mengirim bahan makanan itu karena banyak ditanam di desa serta hanya membayar upah speedboat. 

Terdapat dua metode pengiriman, yakni menitipkan ke penduduk desa yang ke kota atau ke ABK itu sendiri. 

Paling lucu ialah ketika kiriman ditujukan ke anak-anak mereka yang sedang berkuliah di Ternate atau bahkan di luar kota Ternate. Sebab selalu ada kelucuan yang tersaji. Selain isi yang bermacam-macam, salah satu yang kami tunggu untuk dibaca ialah tulisan-tulisan pada dus.

Misalnya baru dua hari ini seorang kawan menerima kiriman dari ibunya. Ia memfoto lalu memposting di group. Foto yang kemudian menjadi bahan tawa dan viral di media sosial.

Betapa tidak, ibunya menulis kalimat cinta yang penuh kelucuan. Kira-kira begini bunyinya;

 " buat Ayu dari Mama. Makan sembunyi-sembunyi biar jangan kelihatan orang. Jangan kasih atau berbagi ke teman, pokoknya makan sendiri sampai habis. Mama kirim ikan ngafi; ikan teri satu dus ini sampai Ayu wisuda. Mama sayang Ayu"

Kalimat-kalimat itu mengandung tafsir bergam. Ada yang bilang mamanya Ayu mengajarkan pelit, ada yang mengingatkan agar jangan dihabiskan sebelum wisuda, hingga makan sampai teler...dll.

Tentu bila dibilang malu pasti malu apalagi si Ayu. Namun itu merupakan kondisi biasa. Dan sudah jadi lelucon sakral bagi anak kost. Dan mereka tak segan-segan pamer di media sosial.

Pada intinya, fenomena ini adalah bentuk dari kehidupan sosial dimana saling berbagi masih menjadi sebuah nilai paling tinggi bagi masyarakat Maluku Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun