Dan perkara terputusnya jalan penghubung bukan kali ini saja terjadi. Sudah berulang kali kondisi pembangunan ini dihadapi masyarakat. Dan selama itu pula, tidak ada perbaikan signifikan dari pemeritah daerah.Â
Inisiasi kadang lahir dari desa salah satunya alokasi dana desa. Namun volume pembangunan bakal bisa menghabiskan setahun anggaran dana desa jika benar-benar dialokasikan.Â
Kali atau sungai mati yang lebar dan ketidakpahaman struktur pembangunan jembatan bakal merugikan kemudian kelak.Â
Sudah banyak upaya pembangunan dari alokasi dana desa. Dan setiap kali selesai di bangun, pada ujungnya kerugian karena bencana alam seperti luapan air menyebabkan jembatan tersebut hancur dan berakhir denga puing-puing yang berserakan di laut.
Gagalnya Janji Pembangunan
Sejak lama, warga utamanya di kecamatan Makian Barat mengeluhkan kondisi pembangunan. Dan sejak lama, hanya janji yang menenangkan hati. Realisasinya tak kunjung berwujud.
Pembangunan jalan dan jembatan selalu menjadi komoditas laris manis dalam kontestasi politik bagi seisi Pulau Makian Kabupaten Halmahera Selatan.
Umbar janji pada setiap konstestasi selalu digaungkan. Baik legislatif bahkan kepala daerah. Warga tentu menanti realisasi atas janji-janji tersebut. Meski pada akhirnya kekecewaan adalah makanan yang paling bikin kenyang.
 Permintaan-permintaan dan upaya usulan juga terus didorong oleh warga lewat pemerintah desa. Namun bahasa yanh paling populer ialah "akan dianggarkan tahun depan". Begitu seterusnya hingga pergantian kepemimpinan selama 20 tahun belakangan.Â
Tulisan ini tidak mengandung unsur kemarahan, kekecewaan maupun juga tidak mendikte kebenaran. Saya paham betul proses pembangunan suatu wilayah. Tetapi jika sudah 20 tahun tak juga kunjung dilakukan, tentu ada ketidakpercayaan atas rencana pembangunan.