Di lokasi tidak semua dari kami bekerja memotong bambu melainkan hanya satu atau dua orang. Kondisi ini guna menjaga agar bambu tidak terpental dan melukai yang lain.
Bambu yang kami ambil di desa disebut bambu jaha. Bambu tipis dengan ruas panjang.Â
Bambu yang sudah ditebang kemudian ditarik satu persatu ke dataran rata kemudian dibersihkan lalu diikat 5-7 batang dan kemudian di tarik menuju kampung.
Memang sedikit terdengar mudah namun menarik bambu butuh tenaga apalagi jika menghadapi medan tanjakan. Tenaga benar-benar terkuras.
Bambu itu kami tarik ke pantai, kemudian dipotong-potong peruas lalu dibersihkan luar dan dalam agar tidak gatal.
Setelah selesai, bambu tersebut dibawa ke lokasi pembakaran tempat di mana ibu-ibu sudah siap menunggu.
Ibu-ibu atau para wanita dewasa sebelumnya sudah menyiapakan bahan-bahan untuk memasak Nasi Jaha.
Pagi hari mereka sudah memarut kelapa, kemudian meremas hasio parutan menjadi santang kelapa. Kemudian menyiapkan daun pisang, membuat tungku panjang dari bambu, menyiapkan batok kelapa dan mencuci beras.
Beras Nasi Jaha disebut nasi Pulo, atau lebih tepatnya beras ketan. Beras-beras itu di cuci sebersih mungkin dengan ukuran. Diperhitungkan berapa banyak yang mereka akan masak.Â
Pengalaman turun temurun sudah cukup menakar berapa liter untuk menghasilkan 100 potong Nasi Jaha tanpa perlu ukuran yang ribet.