" Ya bagaimana, hanya itu keahlian dari petani,"
" Bukan petaninya, tapi kalian sebagai anak yang harus mengembangkan potensi tersebut menjadi bisnis yang mendongkrak penghasilan petani,"
Pada akhirnya percakapan tersebut barulah saya tau,  perempuan lulusan Universitas Indonesia ini merupakan ini  berkecimpun di dunia bisnis briket. Terhitung sudah 5 tahun. Pantas saja ia begitu geram ketika saya menjawab acuh.Â
Produk briketnya telah merambah pasar luar negeri. Atau dengan kata lain, produk briketnya punya pangsa pasar terbesar di eropa dan asia. Tentu dengan kualitas dan standar yang diterapkan negara tujuan.Â
Beberapa kali ia menunjukan foto proses ia memulai bisnis tersebut. Dari produksi skala kecil dengan dua karyawan, kemudia proses verifikasi dari tim ahli sebagai syarat memasuki pasar Luar Negeri hingga saat produknya benar-benar di kirim ke konsumen.
Skala bisnisnya pun lambat meningkat dengan jejaring sumber daya bahan baku yang semakin meluas. Ia menjalin kerjasama dengan petani di Maluku (Ambon) sebagai upaya pemberdayaan. Â
Baginya petani adalah pemilik sumber daya yang harus ikut sejaterah dengan perkembangan bisnis briket yang menguntungkan. Selain briket, produk lain yang kini merambah pasar luar negeri ialah Gula Aren..
*
Terik mentari begitu menyengat kala saya melihat dua mahasiswa, Asri dan Gareng berjalan tanpa alas kaki dan dengan baju yang digantung di pundak. Keduanya tampak begitu dekil dengan wajah letih. Mereka pulang untuk makan siang.
Selama di desa, saya melihat kedua mahasiswa pertanian ini nampak sangat sibuk. Keluar pagi hari, pulang makan siang dan benar-benar rehat di sore hari.