Di sepanjang jalan saya melihat pemukiman-pemukiman yang berjarak-jarak. Dan dengan tipikal konstruksi yang sama. Berdinding papan serta semi panggung. Juga berdiri di atas aliran air atau samping jalan. Dari sini saya ketahui Kalimantan memiliki tipikal lahan gambut.
Saya sempat berpikir apakah ini wajah kalimantan seseungguhnya? Tidak ada bangunan besar atau pertokoan maupun hotel. Pemandangan ini menarik ingatan pada Halmahera dimana pembangunan hampir sama persis.
Namun setelah Di Pulang Pisau, dan kembali dari penjamuan Ibu Bupati di rumah dinas. Dan menuju Palangkaraya, barulah aku ketahui perkembangan pembangunan Kota dan Ibukota yang begitu berbeda.Â
Sangat maju dari sisi pergerakan manusia, pembangunan dan mungkin ekonomi. Kota pergerakan ekonomi. Ciri khas Indonesia di mana kota pusat selalu mencolok. Banyak pula hotel berbintang.
Besoknya kami menuju Kabupaten Katingan. Sejam dari Palangkaraya. Lalu menuju lagi ke Kabupaten Waringin Timur. Tujuh jam perjalanan. Berisitirahat di tempat ini semalam lalu besoknya lagi menuju Kabupaten seruyan
Ekonomi dalam pandangan
Dalam perjalanan ke Kabupaten Waringun Timur yang melahkan,--selain karena jauhn, juga jalanan yang kadang bolong dibeberapa titik, saya begiu takjub dengan kehidupan-kehidupan sepanjang jalan. Rumah-rumah semi permanen dan tentu saja lahan yang terhampar luar.
Disparitas kota dan kabupaten memang begitu terasa wujudnya. Mirip seperti Maluku Utara. Namun persoalan ekonomi, saya rasa Kalimantan khususnya Kalteng masih jauh lebih unggul.
Saya memang tak melihat ada pohon pala atau cengkih. Hanya pohon kelapa sebiji dua biji. Â Selebihnya, terhampat banyak sekali kebun-kebun sawit. Di mana-mana. Dari lahan besar gingga didepan rumah.
Sebelumnya saya sudah diberitahukan bahwa bakal banyak melihat kebun-kebun sawit. Dan benar saja. Sepanjang jalan itu aktivitas persawitan begitu terlihat nyata. Semakin jauh menuju tujuan semakin sawit menyapa.