Saya tak sedikutpun melepaskan pandangan di bawah sana. Semabri berkumat dalam diri " luar biasa Pulau ini".
Bandara Palangkaraya cukup besar namun intensutas penerbangan hanya tiga kali. Pagi, siang dan sore. Begitu informasu yang aku peroleh.Â
Setelah mendarat, kami di jemput oleh beberapa orang di pintu keluar. Namun sekali lagi; ketakjuban tak pernah surut. Lantunan musik dari seorang wanita dan beberapa pria gerpakaian adat di samping pintu keluar menyita perhatian.Â
Tidak langsung saya salami para penjemput. Melainkan larut dalam alunan musik yang dimainkan. Saya lupa musik tradisional apa tepatnya.
Barulah sekira lima belas menit kemudian, kami bergerak. Dan perjalanan menjajal Kalimantan Tengah dimulai. Tiga mobil membawa kami menuju tujuan. Tepatnya ke Kabupaten Pulang Pisau.
Dan dalam perjalanan itu, buka puasa dilakukan di mobil. Menariknya, meski belum jam enam, suasana sudah sangat gelap. Seperti sudah pukul delapan atau sembilan.Â
Saya pikir Kalimantan Tengah mengikuti waktu Indonesia Tengah. Ternyata tidak. Setelah beberapa penjelasan perihal ini barulah saya ketahui sebab ilmiahnya.
Saya yang penasaran selalu melemparkan pertanyaan-pertanyaan ke penduduk lokal yang menjemput kami. Tentang demografi, tupgrafi, sosial dan kebudayaan disini.Â
Perjalananan ke Pulang Pisau menempuh waktu dua jam setengah. Begitu kata supir yang berasal dari Makassar. Tapi saya rasa cukup jauh. Jalanan yang ditempuh sangat baik. Dan menatiknya hanya satu jalan provinsi yang menghububgkan kalimantan.Â
Adegan salip menyalip memang sering terjadi. Tetapi saya akui, kelincahan dan kepatuhan para pengemudi di sini. Jalan raya ini sempit namun sangat ramai oleh lalu lalang kendaraan. Khususnya kendaraan besar.