Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berlayar Bersama Menuju ASEAN Sejahtera

20 Juni 2023   21:06 Diperbarui: 20 Juni 2023   21:10 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber Investmen Asean, 2023
sumber Investmen Asean, 2023

Di sisi pariwisata, masa pandemi Covid-19 masih menunjukan gairah yang meningkat. di mana 138,7 juta turis internasional melakukan kunjungan. Impikasinya menyumbang 11,7% PDB bagi ekonomi Asia Tenggara dan menyediakan 13,2% dari total lapangan kerja (41,8 juta pekerjaan). (Economic Outlok For South Asean, 2023).

Bagi saya, Asean memiliki daya tarik tersendiri. Gabungan penduduk saja mencapai 600 juta jiwa. Sebuah pangsa pasar besar yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain itu jalur lintas perdagangan strategis, kekayaan alam, keunggulan komparatif tiap-tiap Negara, parawisata hingga kebudayaan. 

Namun kesetaraan masih menjadi problem tersendiri. Masih ada Negara di Asia Tenggara memiliki pendapatan perkapita rendah. 

Dalam ASEAN Economic Blueprint, guna mengatasi kesenjangan antara Negara di ASEAN tersebut dorongan setiap negara anggota dalam pertumbuhan sangat dibutuhkan.  Kerjasama  sistem pembayaran lintas batas yang didorong Indonesia sebagai Keketuaan ASEANmembuka peluang pertumbuhan perdagangan. Selain itu, wujud dari 3 Priorty economy Delivery (PEDs) tentu saja bertujuan  memperdalam integrasi dan stabilisasi keuangan dalam mewujudkan integrasi ekonomi kawasan.

Integrasi dan stabilisasi  kawasan dipandang penting dalam menghadapidinamika dunia yang kompleks. Perang Rusia-Ukraina yang belum redah, resiko stagflasi dan reflasi yang terjadi di sejumlah Negara, kenaikan Fed Funds Rate, menguatnya dolar AS terhadap nilai tukar, dan ketidakpastian seperti Covid-19 kemarin sewaktu-waktu dapat menyebabkan syok yang meruntuhkan fundamental ekonomi. 

Stabilitas keuangan menjadi catatan penting sebab  ASEAN pernah terjerembab ke dalam krisis ekonomi dan keuangan 1999 maupun 2008 yang mengakibatkan syok pada fundamental baik fiskal maupun moneter. Sehingga kesiapan dn inovasi harus didorong secara kuat agar Asean tidak menjadi "penonton".

Berlayar Bersama Menuju Kemakmuran

Konektivitas sistem pembayaran lewat  Kerjasama Regional Payment Conectivty (RPC) dan Local Currency Settlement (LCS) yang diprakarasai oleh Bank Indonesia dengan bank sentral Negara ASEAN dapat memberikan kemudahan transaksi yang efisien, mempersingkat rantai proses yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilisasi nilai tukar di kawasan.

Menariknya konektivitas pembayaran regional memakai kerangka LCT atau transaksi mata uang Negara masing-masing. Tujuannya  mengurangi ketergantungan mata uang tertentu. Penguatan mata uang dapat tercapai sehingga demand akan kebutuhan dolar dapat berkurang.  LCT digagas Bank Indonesia, Bank Negara  Malaysia  (BNM) dan Bank  of Thailand  (BOT) pada tahun 2017 ini kemudian diperluas ke beberapa negara-negara lain.

Sejak diterapkan, nilai transaksi LCT terus meningkat dari tahun ke tahun.  LCS MYR dengan Rupiah meningkat  dari  $22.5  juta  di tahun 2018  menjadi 49.6 juta USD/bulan di 2019 dan 50 USD di 2020. (Novansa dan sidik, 2022). Sementara di Tahun 2023, transaksi LCT mencapai angka US$ 957 juta. (5)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun