Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berlayar Bersama Menuju ASEAN Sejahtera

20 Juni 2023   21:06 Diperbarui: 20 Juni 2023   21:10 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Karena memang ASEAN ini adalah satu keluarga, ikatannya sangat kuat. Kesatuannya sangat penting untuk berlayar menuju tujuan yang sama, menjadikan ASEAN epicentrum of growth dan kawasan damai stabil dan sejahtera,” Presiden RI Joko Widodo.

Mei 2017, di Negeri Gajah Putih Thailand, ajakan seorang teman pada pukul satu malam membuat saya dan tiga teman lainnya nekat mengendap keluar kamar hotel dan menuju supermarket terdekat. Lapar tengah malam penyebabnya. Hotel yang kami huni tidak memiliki restoran  dan jauh dari pusat keramaian. 

Satu kilometer dari hotel, kami menemukan sebuah supermarket.  Kami masuk dan memilih beberapa jajanan dengan total yang harus dibayar sebesar 170 Bath lebih. Permasalahan kemudian muncul ketika tidak ada satupun yang membawa pecahan uang kertas nominal 100-1.000 Bath. Hanya satu teman yang membawa 50 Bath. Selebihnya kami hanya memiliki pecahan uang kertas 20 Bath serta uang koin. Alhasil urunan pun dilakukan ketimbang harus balik ke hotel sekedar mengambil uang.

Perdebatan kecil terjadi ketika menghitung uang pecahan koin yang memiliki nilai nominal kecil. Uang koin tersebut. Seorang teman yang geram  lantas mengeluarkan selembar uang 100 ribu rupiah sembari berseloroh “ ribet amat, ni pakai rupiah aja

 “ Ya kaga diterima lah, masukin kembali. Akal-akalan saja kan kamu biar ga urunan,” sambung satu dari kami yang sontak mengundang tawa. 

Seorang teman diutus membayar semua barang yang diambil dan kami menunggu di luar. Kami memerhatikan, ia  menunggu sang kasir menghitung lalu menyerahkan uang. Namun raut kebingungan  seketika mendarat diwajahnya. Bahasa Inggris yang terbata-bata juga samar-samar terdengar. Sesaat kemudian dia keluar dan menyampaikan keluhan. Ternyata hitungan kami salah, masih kurang 15 Bath. Saya mengingat betul apa yang diucapkannya, “Perkara bayar saja susah cuy. Pengen gelud saja aku,” 

Kami kembali ke hotel dengan gelak tawa atas kekesalannya menghadapi si kasir. Selain karena keduanya menggunakan bahasa yang tak nyambung juga karena perkara membayar yang baginya sangat ribet.

Jauh-jauh hari sebelum menuju Thailand dan beberapa Negara lain, kami sudah kewalahan dengan perkara tukar-menukar. Perkara yang paling menyita perhatian ialah memastikan kurs mata uang dan biaya komisi. Setiap informasi dikumpulkan guna mendapatkan tempat terbaik sehingga tidak tekor mengeluarkan biaya konversi. Maklum anak mahasiswa sepertikami tak mau rugi.

*

RRI.com
RRI.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun