Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekolah Jam 5 Pagi? Aduh Mama Sayang E

2 Maret 2023   12:55 Diperbarui: 6 Maret 2023   07:25 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan Waktunya yang dipercepat, Tapi Kualitas yang harus ditingkatkan"

Saya sedang menikmati pagi yang aduhai di desa. Duduk menangadah laut di belakang rumah. Dan mentari yang menapaki cakrawala. Tentu tak  lupa segelas kopi. 

Di tengah menikmati  kekaguman seluit cakrawala ini, seorang guru Honorer menyambangi saya. Pak Adha namanya. Anak muda, lulusan Perguruan Tinggi Ternama di Ternate.

" Loh Pak Guru, Tidak mengajar,"

" Sebentar lagi. Baru juga jam 7"

Saya terheran-heran. Beberapa hari di desa,  saya memang melihat anak-anak ke sekolah di atas jam 8. Meski saya berpikir mungkin sedang bakti. Sebuah kegiatan sehabis Ujian Tengah Semester atau libur panjang.

" Memangnya libur?"

" Tidak libur.  Belajar mengajar sudah aktif kok," ujarnya menjelaskan.

" Lalu kenapa Pak Guru masih bersantai ria," tanyaku heran.

" Santai saja. Sekolah dimulai pukul delapan. Itu baru Apel pagi. Mengajarnya ya setelah apel tersebut." Ujarnya. Diam sejenak lalu melanjutkan. " Juga jam segini, guru-guru juga masih pada santai,"

" Kenapa sekolah dimulai jam segitu?" cecarku tanpa membiarkan dia diam biar sesaat. Sedikit kesal memang dia. 

Saya pikir dengan menyambangiku, ada cerita-cerita tentang saya di Jakarta. Tapi rasa penasaran begitu memuncak. Sudah lama juga tidak kembali ke desa. Dan saya membutuhkan informasi-informasi.

" Yah, kalau dimulai lebih cepat, kasihan murid-murid. Di Pulau ini, hanya ada satu SMA. Dan murid-muridnya berasal dari delapan desa. Jika dipaksakan, mereka bakal kelelahan. Jalan dari kampung ke sekolah saja sudah menguras energi. Sehingga keputusan itu dibuat agar memberikan waktu bagi anak-anak siswa berjalan pelan dari desa. Mereka tepat waktu kok. Dan pelajaran berjalan baik,"

" Ya bijak sekali kalian. Hampir saja saya bilang karena kalian malas makanya jam sekolah diundur," 

" Enak saja bang." Kesalnya.

Dari percakapan dengannya, saya menarik sebuah kesimpulan bahwa jam sekolah memang perlu diatur. Tetapi juga perlu mempertimbangkan berbagai kondisi. Situasional, karateristik  wilayah, musim hingga siswa itu sendiri.

 Lalu bagimana aturan masuk jam 5 pagi  di NTT ?

Aturan jam sekolah memang tidak diatur secara tegas.  Rata-rata di Indonesia sekolah dimulai antara Pukul 07.00-07.30. Dan tidak lebih pagi dari itu. Kecuali NTT sekarang.

Di dunia, rata-rata jam masuk sekolah dimulai pukul 07.30-8.00.  Yang menarik dalam persoalan ini adalah durasi waktu sekolah.

Finlandia menjadi paling pendek yakni satu jam dan terlama Cina sepuluh jam. Sementara lebih dari itu bervariasi 5-6 jam (1). Durasi waktu tersebut disesuaikan dengan karateristik wilayah masing-masing.

Sumber Education at Glance : OECD Indicator
Sumber Education at Glance : OECD Indicator

Lalu berapa lama yang seharusnya siswa di kelas? 

Dalam Studi Education at Glance : OECD Indicator, waktu pengajaran wajib untuk siswa sekolah dasar rata-rata 807 jam per tahun, sedangkan siswa sekolah menengah pertama menerima rata-rata 116 jam lebih banyak dari pendidikan wajib per tahun daripada siswa sekolah dasar (923 jam).  

Durasi ini dibagi dengan presentase mata pelajaran dominan yakni membaca, menulis, sastra dan matematika sebesar 42% bagi siswa sekolah dasar dan menengah pertama hanya 27%. artinya semakin tinggi, waktu yang dihabiskan siswa semakin sedikit. (2)

Jumlah waktu merupakan hubungan yang konsisten dengan kompetensi siswa. Semua tergantung dari bagaimana seorang guru berinteraksi. 

Seperti Amerika dimana kebanyakan siswa sekolah dasar hingga menengah menghabiskan lebih banya waktu di luar kelas dengan pelajaran antraktif. 

Penambahan waktu pelajaran memang memberikan efeksitivitas dalam peningkatan pengetahuan. Namun tidak semerta-merta mengabaikan faktor biologis siswa. 

Yap, sebuah fakta menarik seperti  tulisan Paul Kelly dalam The Conversation, bahwa anak sekolah sangat sulit bangun pagi dengan berbagai alasan seperti begadang. Sehingga jam sekolah harus disesuaikan dengan remaja yang bangun lebih siang seiring bertambahnya usia.

Tentu ada benarnya. Bangun terlalu pagi atau sekolah pagi biasanya menjadi keluhan tersendiri. sebab, rasa kantuk begitu dirasakan. Impilkasinya tentu, tidak menyerap pelajaran dengan baik.

Keetimbang menerapkan sekolah awal lebih baik memperbanyak program bimbingan belajar. 

Dalam penelitian Wedel 2021, ia menemukan tambahan waktu menghasilkan peningkatan 0,03 berdasarkan nilai ujian semua negara.  Temuannya juga, justru efektifitas waktu pengajaran tidak berpengaruh signifikan di Negara Berkembang. Meskipun sudah diajar oleh guru profesional.

 Menambah waktu pelajaran dengan rogram bimble bagi saya merupakan sebuah perkara penting terutama di daerah-daerah yang masih rendah kualitas pendidikan. 

Tentu dengan catatan peningkatan ini penting menempatkan efektifitas lebih besar kepada siswa dan guru yang berkualitas.

Lalu apakah waktu sekolah jam lima efektif? Bagi saya sendiri pertanyaan yang kemudian harus dijawab bersama ialah waktu yang dihabiskan sedemikian besar atau awal tersebut untuk siapa? pelajar yang baik atau pelajar yang buruk?. Ataukah ego yang mendasari sebuah kebijakan. 

Sistem harus dikelola dengan baik. Sekolah sejatinya selain membangun kompetensi diri juga merupakan bagian dari membangun hubungan dengan sesama. Baik rekan, guru hingga keterlibatan keluarga dalam membangun karakter siswa yang kuat. 

Waktu memang penting, tetapi juga harus rasional.  (sukur dofu-dofu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun