Begitu kiranya pola yang terjadi. Sehingga kebanyakan masyarakat menahan pengolahan hingga harga cenderung tinggi.
Bayangkan saja bila produksi sekali panen hanya 600 kilo dengan harga saat ini Rp 6.000/Kg maka menghasilkan 3.6 juta rupiah. Jumlah ini belum dikurangi biaya usaha. Kadang untung bersih hanya 500 sampai 1 juta. Potong hutang dll.
Kelapa yang diolah menjadi kopra adalah penghasilan utama warga di Maluku Utara. Namun perkara harga selama ini tidak pernah menemukan solusi. Baik pemerintah pusat hingga pebisnis.Â
Banyak sudah saya menyaksikan kelapa ditebang hingga demonstrasi besar-besaran dilakukan. Tetapi kesejateraan harga tak kunjung terealisasi. Tentu dalam pemahaman ekonomi, ini masalah permintaan dan penawaran pasar. Namun sekalipun itu mekanisme ekonomi, petani tetap menginginkan yang terbaik.
Harga adil dan tinggi itu impian. Apalagi dengan ruwetnya praktik produksi tradisional yang memakan banyak biaya. Kelapa adalah identitas yang mulai kalah pamor. Namun dibalik itu, adalah bagian pendapatan terpenting bagi petani (sukur dofu-dofu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H