Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menangkap Makna Hidup dari Jalan

13 Desember 2022   21:39 Diperbarui: 13 Desember 2022   22:26 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Manusia itu juga seperti lampu hijau. Ia ditunggu dan sangat dinantikan kehadirannya. Bahkan di dalam dada setiap orang, terpanjat keinginan agar ia cepat hadir. Namun ketika ia hadir, saat itupula ia ditinggalkan. Dilupakan begitu cepat. Ditinggalkan dengan begitu kasar," Jelasnya

Perjalanan masih begitu panjang. Rasa penasaran melekat erat dengan penjelasannya. Lebih-lebih menangkap sejauh mana kesimpulan yang dilontarkan seorang pengemudi ojol ini.

" Bang, lalu apa maknanya" Tanyaku penasaran ketika kendaraan melaju ke arah Tebet.

" Cara pandang," jawabnya singkat.

" Mohon maaf, saya gagal paham," sahutku lagi.

" Ini semua tentang cara pandang. Kamu mau menjadi seperti apa. Lampu hijau ataukah lampu merah. Kedua-duanya bermanfaat. Tetapi dalam sudut pandangmu baik sebagai lampu hijau atau lampu merah belum tentu sama dengan orang lain. Sehingga patutlah menghargai sudut pandang orang lain. dan tidak sedikitpun membenarkan sudut pandang dirimu sendiri," jelasnya panjang lebar.

" Bukankah perbedaan sudut pandang pada akhirnya mengelaborasi suatu keputusan yang indah," Jawabku.

" Benar. Jika sudut pandang itu disepakati bersama. Sebab terkadang  kesepakatan sering menimbulkan ketidaksetujuan lantaran berbeda cara pandang," Sahutnya.

Sungguh unik pemikirannya. Seketika ketertarikan saya pada pembahasan serupa memuncak. Jarang sekali saya menemukan obrolan terutama dalam perjalanan menggunakan Ojol. 

Pemikirannya sungguh level tinggi. Saya duga ia punya basic pendidikan filsafat. Beberapa kesempatan ia memberikan pertanyaan logika yang kadangkala membuat saya harus berpikir keras memecahkan jawabannya. 

Perjalanan selama hampir 20 menit pada akhirnya membuat kami harus berpisah sebagai produsen dan konsumen. Tentu keinginan saya untuk terus mengobrol pada akhirnya berakhir di ujung tujuan aplikasi. Walau dalam benak saya ingin menahannya untuk tetap melakukan obrolan berat asupan pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun