Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Petani Menanam Lagi

7 November 2022   18:55 Diperbarui: 7 November 2022   19:02 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh yang satu ini membutuhkan data. Sementara momok besarnya juga adalah data dan keterbukaam data mengenai ini. Persoalan ini bagi saya penting lantaran berhubungan erat dengan kebijakan impor ekspor yang kadang bikin petani geram. Jatuhlah harga-harga. 

Meski jargon utama adalah produk lokal tetapi pada ujungnya Surplus pun di impor.

Data tentu menjadi biang. Terlepas dari narasi kebijakan politik dan kebijakan kepentingan. Toh tidak haram ekspor impor dilakukan. Sudah mekanismenya perdagangan. Yang haram afalah proteksi berlebihan.

Data ketersediaan dan cadangan pangan memang secara umum sering di publikasikan. Namun secara spesifik tentu sangat sulit. Dan menariknya, berbeda kebijakan antara satu pemerintaham dengan pemerintahan daerah lain.

Kondisi itu saya hadapi dari ruang birokrasi satu ke ruang birokrasi satu . Hal paling utama ialah perihal peraturan. Beberapa Pemda punya data demikian lantaran ada peraturan kuat yang dikeluarkan. 

Sementara yang lain tidak sama sekali. Alias belum melakukan penyusunan. Setidaknya baru ngeh saat pandemi Covid melanda dua tahun ini. Selain itu, pokok utamanya adalah bentuk kerahasiaan karena berhubungan dengan pelaku usaha.

Tentu akan sangat sulit menafsir seberapa butuh persiapan dan cadangan untuk tahun-tahun mendatang. Walau disadari pengumuman lewat media-media selalu getol bernada "aman". 

Namun bagi saya, ada yang lebih urgen ketimbang kamuflase buat kebijakan impor atau lainnya, yakni taya kelola dan penerapan program terpadu yang koheren. Hasil-hasil kajian akan banyak bila menjadi konsumtif umum ketimbang ekslusif.

 Dari hasil itu bakal lahir skema-skema penguatan ketersediaan dan cadangan pangan serta penguatan yang bisa menyentuh hingga ke Hulu-Hilir. Ada data jelas buat kebijakan A,B ataupun C.

Setidak-tidaknya itulah pemikiran yang terlintas. Di tengah laju kendaraan dan hantaman hujan penghantar berkah bagi petani, rakyat dan bangsa. Apapun itu, segala upaya harus dipertimbangkan agar arah pembangunan ekonomi pertanian tak melulu menjadi perdebatan dalam tiap perdebatan. (Sukur dofu-dofu). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun